Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Setengah Tahun Menjabat, Trump Minim Prestasi

(AFP/Indah Hoesin/I-1)
20/7/2017 03:15
Setengah Tahun Menjabat, Trump Minim Prestasi
(AP Photo/Pablo Martinez Monsivais)

HAMPIR semua presiden Amerika Serikat menghadapi krisis yang nyaris menyapu mereka dari Gedung Putih. Abraham Lincoln berjuang melalui perang saudara, Bill Clinton dipermalukan penyelidikan terkait dengan skandal. Barack Obama membutuhkan lima bulan mengatasi insiden tumpahan minyak dan bahkan lebih banyak waktu untuk memperbaiki perekonomian AS. Namun, hanya sedikit presiden yang telah menyebabkan kemarahan atau menghadapi beragam krisis seperti Donald Trump dalam enam bulan pertamanya.
Setengah tahun di Gedung Putih, kepemimpinan Trump ramai dengan masalah. Mulai dari skandal, kerusuhan, kemarahan, semua bermunculan menjadi azab bagi seluruh pemerintahannya.

"Dihabisi oleh skandal dari hari pertama tidaklah baik. Tidak ada rancangan undang-undang besar juga tidak baik, memiliki peringkat persetujuan yang sangat rendah dan potensi pembelotan dari Republik, semua itu bukanlah yang Anda harapkan," ujar Julian Zelizer, seorang profesor sejarah di Universitas Princeton. Agenda politik Trump pun sudah meledak berkeping-keping. Dinding perbatasan belum juga dibangun, NAFTA belum dirobohkan, kesepakatan dengan Iran masih berlaku dan Obamacare masih menjadi undang-undang.
Tidak hanya dirinya, Kongres yang dikendalikan Republik juga disebut sebagai 'Kongres yang paling tidak bertanggung jawab dalam 164 tahun'.

"Kemenangan Trump sedikit sekali. Saya tidak melihat enam bulan ini sukses dan sulit bagi saya untuk melihat argumennya," ujar Zelizer. Trump masih melanjutkan kerusakan selama kampanyenya, bertengkar dengan media, hakim, Direktur FBI, James Comey, Partai Demokrat, dan bahkan dengan partainya sendiri, Republik. Sementara itu, tudingan kolusi dengan Rusia juga semakin kencang terdengar. Terutama setelah sejumlah bukti yang menguatkan bahwa keluarganya dan tangan kanan Trump meminta bantuan Negeri Beruang Merah untuk mengalahkan Hillary Clinton.

Skandal rahasia
Skandal terbaru bahkan mencuat pada Selasa (18/7), ketika seorang pejabat Gedung Putih menyebut Presiden AS ini telah melakukan 'pertemuan kedua' dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di akhir pertemuan puncak G-20 di Hamburg, Jerman bulan ini. "Ada makan malam yang hanya pasangan ini di G-20. Menjelang akhir, Presiden berbicara kepada Putin saat makan malam," ujar pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya itu. Pengakuan tersebut menimbulkan pertanyaan terkait isi pembicaraan keduanya. Orang-orang yang hadir dan alasan pertemuan itu tidak diberitakan sebelumnya.

Karena dituding melakukan pertemuan rahasia, Trump segera membantah melalui media sosial Twitter miliknya. "Berita palsu tentang makan malam rahasia dengan Putin adalah 'gila'. Semua pemimpin G-20, dan pasangan mereka, diundang Kanselir Jerman. Media tahu itu!" tulis Trump.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya