Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
PENGADILAN terkait serangan bom yang menewaskan 21 turis asing dan seorang polisi di Museum Nasional Bardo, Tunisia, pada 2015, mulai digelar pada Selasa (11/7) waktu setempat.
Aksi penyerangan di Museum Bardo tersebut dilakukan dua orang. Dua pria bersenjata yang diklaim kelompok Islamic State (IS) sebagai anggotanya tersebut melepaskan tembak-an ke arah kerumunan turis asing. Terkait dengan aksi penyerangan terorisme tersebut, sekitar 21 orang yang dituduh turut membantu ditangkap dan dua di antaranya perempuan.
Pengacara terdakwa, Samir Ben Amor, mengatakan 21 terdakwa langsung dihadirkan pada sidang pertama. Namun, ada tiga tersangka yang hingga kini belum ditangkap dan masih dalam pengejaran aparat keamanan Tunisia. Selain itu, menurut pengacara terdakwa Rafik Ghak, terdapat 30 terdakwa lain yang diadili secara in absentia. Dalam persidangan tersebut, hakim tidak menyebutkan nama-nama tersangka dengan alasan terkait terorisme. Hal itu disampaikan Asosiasi Pelindung Pelaku Terorisme Prancis dan Imed Belkhamsa, penga-cara korban penyerangan.
Berdasarkan undang-undang antiteror 2015 di Tunisia, para terdakwa dapat dijerat dengan hukuman mati kendati negara tersebut telah melakukan moratorium hukuman mati sejak 1991.
Sejak revolusi 2011 atau yang dikenal dengan gerakan Arab Spring, Tunisia menghadapi serangan dari kelomok militan. Aksi serangan kelompok radikal tersebut telah menewaskan lebih dari 100 aparat keamanan, 20 warga sipil lokal, dan 59 turis asing. Sebulan setelah serangan di Museum Bardo, sebanyak 38 turis asing termasuk 30 warga Inggris tewas dan menjadi korban aksi penyerangan senjata dan ledakan granat di sebuah resor pantai tidak jauh dari Kota Sousse.
Selain mengadili 21 orang terdakwa yang terkait aksi penyerangan di Museum Bardo, pihak pengadilan juga menyidang enam petugas keamanan sebagai terdakwa. Keenam petugas itu menjadi tersangka karena gagal melindungi orang-orang yang dalam kondisi bahaya. Otoritas setempat mengumumkan bahwa mereka telah membongkar 80% dari jaringan yang bertanggung jawab dalam serangan Museum Bardo yang menewaskan 22 orang.
Namun, terkait penangkapan sejumlah orang yang dicurgai terlibat aksi penyerangan, sebanyak delapan orang tersangka termasuk seorang pria yang diduga pemimpinan dibebaskan. Pasalnya, aparat keamanan tidak mendapat bukti yang kuat. Tim pengacara Prancis untuk para korban dan keluarganya mengatakan mengaku kecewa dengan pembebasan delapan tersangka yang diduga terrlibat. Seorang pengacara korban, Philippe de Veulle, mengatakan dirinya akan memboikot persidangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved