Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

AS-Qatar Kerja Sama Antiterorisme

Haufan Hasyim Salengke
13/7/2017 00:01
AS-Qatar Kerja Sama Antiterorisme
(Ap/Alexander W. Riedel)

QATAR dan Amerika Serikat (AS), Selasa (11/7) waktu setempat, menandatangani sebuah kesepakatan kerja sama untuk memerangi 'terorisme'. Kerja sama itu diraih bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson yang tengah berupaya menengahi krisis diplomatik di Teluk. Sebagai bagian dari serangkaian pertemuan di Teluk, Tillerson menyebut Qatar telah bersikap semestinya dalam perselisihan tersebut. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir pada 5 Juni lalu memutuskan hubungan dengan emirat tersebut dengan tuduhan mendukung ekstremisme.

Sepanjang pekan ini, Tillerson menyambangi negara-negara Teluk untuk menengahi keretakan di antara sekutu-sekutu penting AS tersebut. Ia juga dijadwalkan bertemu dengan menteri luar negeri dari empat negara yang mengisolasi Qatar di Kota Jeddah, Arab Saudi, Rabu (12/7). Setelah melakukan pembicaraan dengan pejabat senior Doha pada Selasa, Tillerson dan Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengumumkan kesepakatan tersebut yang akan menargetkan pembiayaan ekstremis.

"Memorandum tersebut memaparkan serangkaian langkah yang akan diambil kedua negara dalam beberapa bulan dan tahun mendatang untuk memotong dan melumpuhkan aliran dana terorisme dan mengintensifkan kegiatan kontraterorisme secara global," kata Tillerson dalam konferensi pers bersama. Di lain pihak, Sheikh Mohammed mengimbau negara-negara yang terdampak oleh aksi terorisme untuk bergabung bersama mereka dengan menandatangani kesepakatan sejenis.

Ketika Departemen Luar Negeri AS telah memperingatkan bahwa krisis Teluk bisa berlangsung berbulan-bulan, Tillerson mencuatkan optimisme. "Saya berharap kami bisa membuat seberapa kemajuan untuk membawa masalah ini ke titik resolusi," kata dia setelah pertemuan dengan emir Qatar. "Qatar sudah cukup jelas dalam posisinya dan saya pikir sangat wajar dan kami ingin bicara sekarang ... (tentang) cara mencapai kemajuan," katanya.

Sheikh Sabah Al Ahmed Al Sabah, emir Kuwait yang memediasi sengketa Teluk, mengatakan ia 'sangat prihatin' dengan krisis itu yang merupakan salah satu krisis terburuk dalam di kawasan. Ia menyebutnya sebagai perkembangan yang pahit. "Perkembangan ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata dia tanpa menjelaskan lebih lanjut. Krisis itu merupakan krisis diplomatik terburuk di kawasan itu sejak terbentuknya Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) pada 1981. Keempat negara Teluk memutus semua hubungan diplomatik dengan Qatar, menutup jalur transportasi dengan Doha, dan mengusir semua warga Qatar dalam 14 hari sejak pemutusan hubungan itu.

Dicemooh Saudi dan Aliansi
Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain--dikenal dengan Anti-Terror Quartet mengkritik atau mencemooh inisiatif kontraterorisme yang disepakati AS dan Qatar. Mereka menyebutnya 'tidak cukup' untuk memberantas terorisme. "Langkah itu tidak cukup," kata sebuah pernyataan gabungan yang dikeluarkan kantor berita pemerintah Saudi Press Agency (SPA). Pernyataan itu juga menekankan bahwa keempat negara itu akan secara hati-hati memantau keseriusan pemerintah Qatar dalam memerangi segala bentuk pembiayaan, dukungan, dan perlindungan terorisme.

"Komitmen yang dibuat otoritas Qatar tidak dapat dipercaya," tegas pernyataan itu, dengan menyebutkan kesepakatan-kesepakatan sebelumnya yang telah dilanggar Qatar. Mereka menegaskan akan mempertahankan sanksi yang mereka jatuhkan terhadap Qatar hingga negara itu berkomitmen untuk memenuhi semua tuntutan mereka, yakni memastikan terorisme diatasi dan membangun stabilitas dan keamanan di kawasan. (AFP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya