Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Tombol Panik untuk Perempuan Juarez

(AFP/Indah Hoesin/I-2)
12/7/2017 23:07
Tombol Panik untuk Perempuan Juarez
(AFP PHOTO / HERIKA MARTINEZ)

KOTA pembunuh perempuan, begitulah Juarez dikenal di dunia internasional. Bukan tanpa alasan julukan mengerikan tersebut melekat pada salah satu kota di Meksiko tersebut. Pasalnya, sejak 1990-an, kota itu telah menjadi saksi ratusan perempuan diperkosa, dibunuh, dan dibuang di padang pasir atau hilang begitu saja tanpa bekas. Kini, kota perbatasan yang berada di seberang El Paso, Texas, itu melakukan perlawanan balik. Salah satunya ialah dengan meluncurkan sebuah aplikasi yang mengubah ponsel perempuan di sana menjadi tombol darurat.

I am not Alone atau No Estoy Sola ialah nama aplikasi tersebut. Aplikasi itu memungkinkan pengguna mengirim tanda bahaya ke kontak darurat mereka hanya dengan menggoyangkan ponsel atau mengeklik sebuah tombol. Aplikasi itu tidak memerlukan paket data, tetapi mengirim pesan teks dengan tautan yang memungkinkan penerima melihat lokasi pengguna di Google Maps.
'Tolong, saya dalam situasi darurat, ini lokasi saya', begitulah pesan yang akan tertulis. Aplikasi itu akan terus mengirim pesan setiap 5 menit atau hingga pengguna menonaktifkannya.

"Di mana pun Anda memiliki sinyal ponsel, Anda dapat menggunakan aplikasi ini," ujar Miguel David Diaz de Leon, Direktur Teknologi dan Komunikasi di Aula Kota Juarez. Saat ini, aplikasi hanya tersedia untuk ponsel Android. Sesudah diluncurkan pekan lalu, aplikasi tersebut telah diunduh lebih dari 13 ribu kali, termasuk lebih dari 100 kali di Amerika Serikat (AS). Tanggapan pengguna pun sangat baik terhadap aplikasi yang mendapat empat dari lima bintang di Google Play Store itu.

"Bagi anak perempuan saya yang jauh dari rumah, di sekolah, atau di mana pun, lebih cepat berkomunikasi dengan mereka, tidak hanya dengan saya, tapi juga dengan orang lain," ujar Patricia Palma, seorang penduduk Juarez. Kota Juarez telah bekerja keras untuk lepas dari sejarah suram menjadi kota yang paling berbahaya bagi perempuan di dunia. Krisis itu telah mereda sejak 1990-an, ketika kelompok hak asasi manusia memperkirakan lebih dari 1.500 perempuan dibunuh. Para korban terutama ialah perempuan muda yang datang ke Juarez untuk bekerja di industri maquila, pabrik yang mengumpulkan produk untuk dikirim melintasi perbatasan.

Banyak dari mereka diperkosa dan disiksa, tubuh mereka kemudian dibuang di padang pasir yang mengelilingi kota. Akhir-akhir ini, kekerasan di Juarez tidak menjadi perhatian dunia internasional karena kalah dari perang melawan kartel narkoba di Meksiko. Namun, kota berpenduduk 1,4 juta orang itu masih tetap berbahaya bagi perempuan. Tahun lalu misalnya, 54 orang dilaporkan hilang dan 17 orang telah hilang sepanjang tahun ini. Perempuan menjadi korban telah menjadi tren yang mengkhawatirkan. "Kami prihatin dengan hilangnya perempuan muda," ujar Veronica Corchado Espinoza, Kepala Institut Wanita Juarez.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya