Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengutuk serangan bom di Kabul, Afghanistan, yang menewaskan 90 orang pada Rabu (31/5). Dalam sebuah komunikasi lewat telepon dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Trump menyampaikan belasungkawa dengan mengatakan serangan yang terjadi saat bulan suci Ramadan itu menunjukkan 'sifat barbar para teroris yang merupakan musuh semua orang beradab'. "Dia juga memuji pasukan keamanan Afghanistan atas usaha mereka yang teguh membela rakyat Afghanistan dari musuh yang akan berusaha menyangkal keamanan dan kemakmuran yang sangat layak mereka dapatkan," ungkap Gedung Putih.
Ashraf Ghani menyebut serangan itu sebagai 'kejahatan perang' dan menjadi serangan tunggal paling mematikan di Kabul sejak Taliban digulingkan dari kekuasaan dalam invasi yang dipimpin AS pada 2001. Ledakan yang terjadi di sekitar kompleks diplomatik di Kabul tersebut juga telah menimbulkan kerusakan pada beberapa gedung kedutaan besar (kedubes) asing termasuk Kedubes AS. Menurut pejabat AS, sedikitnya 11 petugas keamanan Afghanistan yang bekerja di Kedubes AS tewas dan 11 warga AS yang bekerja sebagai kontraktor di Kabul terluka.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Sigmar Gabriel mengatakan serangan mengerikan yang terjadi di sekitar Kedubes Jerman tersebut telah menewaskan seorang petugas keamanan. Prancis, India, Turki, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Bulgaria juga melaporkan sejumlah kerusakan pada gedung kedutaan mereka akibat serangan yang memicu kecaman internasional tersebut. Kedubes Indonesia yang berada di Kabul juga turut mengalami kerusakan. "Sebagai akibat tidak langsung dari kejadian tersebut, KBRI mengalami kerusakan ringan. Terdapat beberapa jendela yang pecah," ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia dalam sebuah siaran pers.
Bersihkan puing
Penduduk Afghanistan yang berduka telah bersiap mengubur orang terkasih mereka pada Kamis (1/6). Di sisi lain, pihak berwenang masih terus membersihkan puing-puing dan kendaraan yang terbakara dari sekitar lokasi ledakan. Karena lebih dari 400 orang terluka, sejumlah rumah sakit dipenuhi orang yang berkumpul untuk menunggu kabar tentang kerabat mereka yang masih hilang. Sejumlah warga yang marah menuntut pemerintah atas kegagalan intelijen yang akhirnya menyebabkan terjadinya serangan tersebut.
Hal itu juga menekankan ketidakamanan yang menjalar di Afghanistan. "Untuk berapa lama kami harus menoleransi pertumpahan darah di negara kita?" seru seorang warga sambil terisak. "Saya telah kehilangan saudara dalam ledakan tersebut dan pemerintah terus-menerus gagal memberi kami keamanan," tambahnya. Sejauh ini, belum ada kelompok yang mengklaim serangan yang menggunakan sebuah mobil tangki air sebagai peledak tersebut. Namun, badan intelijen Afghanistan telah menuding jaringan Taliban, Haqqani, sebagai pihak yang bertanggung jawab Sementara itu, pihak Taliban telah membantah keterlibatan mereka dan dengan keras mengecam serangan tersebut. (AFP/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved