Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
KEMENTERIAN Pertahanan Venezuela menyatakan angkatan darat tetap setia dan mendukung penuh Presiden Nicolas Maduro. Bentuk dukungan akan diberikan melalui pengerahan pasukan turun ke jalan-jalan untuk membendung para demonstran yang berusaha menggulingkan orang nomor satu di negeri itu.
Dukungan untuk Maduro tersebut dideklarasikan Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino Lopez, kemarin. Hal itu akan menjadi babak baru dalam upaya pemerintah melawan para pengunjuk rasa setelah selama dua minggu terlibat bentrokan fisik dengan polisi.
Secara terpisah, pusat oposisi sayap kanan merespons negatif hal itu dan menyebutkan dukungan militer muncul di tengah krisis ekonomi dan politik yang telah memicu kelangkaan pangan. Kini, situasi semakin tidak terkendali akibat kerusuhan dan penjarahan.
Dalam menanggapi pernyataan tersebut, Lopez menegaskan kesetiaan angkatan darat kepada presiden ialah tanpa syarat. Terbukti, kata Lopez, ketika ribuan tentara bersenapan bersorak riuh menyatakan dukungan kepada Maduro sambil mengepalkan tangan ke atas saat berkumpul di sekitar istana presiden.
Kesetiaan AD tersebut direspons Maduro dengan ungkapan terima kasih dan mengumumkan rencana menambah jumlah pasukan sipil bersenjata menjadi 500 ribu personel. "Loyalitas dibalas dengan loyalitas," cetus Maduro.
Kelompok sipil bersenjata muncul setelah Maduro memerintahkan militer turun ke jalan untuk membela revolusi Bolivarian. Revolusi pimpinan Hugo Chavez itu meletus pada 1999 dan diprakarsai sayap kiri.
"Sejak pertama, saat ayam berkokok di pagi hari, Bolivarian National Armed Forces akan tetap berada di jalan dan akan meneriakkan 'Hidup revolusi Bolivarian'," katanya lewat siaran di televisi. Ke depan, milisi akan dilatih dan disebar secara permanen untuk membela Venezuela melawan setiap agresi yang menentang pemerintah.
Sementara itu, pemimpin oposisi senior Henrique Capriles menyatakan penolakan terhadap pengumuman Maduro. "Orang kolot mengumumkan satu senapan untuk setiap anggota milisi. Dia lebih putus asa ketimbang sebelumnya. Venezuela tidak menginginkan senjata, tapi obat-obatan dan makanan!" kata Capriles di Twitter.
Seperti diketahui, sejak 30 Maret 2017, Venezuela bergejolak.
Saat itu, Maduro melalui keputusan Mahkamah Agung membatalkan kekuasaan mayoritas legislatif oposisi. Masyarakat internasional mengecam, tapi ketegangan berlanjut. Akibatnya, lima orang tewas dan ratusan terluka dalam sebuah bentrokan antara demonstran dengan polisi antihuru-hara. (AFP/Ire/I-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved