Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PROSES rehabilitasi maupun pembangunan baru sekolah di seluruh wilayah Indonesia yang didanai APBN mulai tahun ini akan melibatkan tenaga teknis dari sekolah menengah kejuruan (SMK) jurusan bangunan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, keterlibatan SMK diharapkan dapat membuat proses pembangunan lebih optimal. Sehingga tidak asal bangun, yang bisa mengakibatkan bangunan cepat rusak, bahkan runtuh tiba-tiba dan membahayakan siswa.
Peristiwa terakhir terjadi pada bangunan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, pada 28 Februari lalu. Atap bangunan tiba-tiba runtuh saat siswa sedang mengikuti kegiatan belajar.
“Ini untuk menghindari kejadian serupa akibat asal bangun gedung dengan kontruksi bangunan yang kurang memadai. Mulai tahun ini, proyek pembangunan dan rehabilitasi gedung yang dibiayai Kemendikbud harus melibatkan tenaga dari SMK bagian bangunan, agar hasilnya optimal,” ujarnya saat meninjau kondisi SMAN 1 Muara Gembong, Kamis (2/3).
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Hamid Muhammad yang mendampingi Mendikbud menambahkan pada tahun ini Kemendikbud memproyeksikan rehabilitasi 42 ribu ruang kelas. Dari 42 ribu ruang kelas yang akan direhabilitasi 5.500 di antaranya ruang kelas SMA. Menurut Direktur Pembinaan SMA Purwadi, untuk merehabilitasi ruang kelas sebanyak itu pihaknya mendapat anggaran Rp275 miliar atau Rp50 juta per ruang kelas.
April selesai
Terkait dengan bangunan SMAN 1 Muara Gembong, Bekasi, yang ambruk, Mendikbud berharap proses rehabilitasi sekolah tersebut dapat dimulai dalam sepekan depan. Dengan demikian, pada April mendatang seluruh murid bisa mengikuti ujian nasional di dalam ruang kelas masing-masing.
Muhadjir juga meminta Dirjen Dikdasmen mendata secara rinci kebutuhan untuk rehabilitasi sekolah tersebut. Menurut Hamid, bangunan yang atapnya roboh tersebut didirikan dengan menggunakan dana APBN 2014. Sekolah tersebut mendapat bantuan untuk pembangunan dua ruang kelas baru dengan anggaran Rp334 juta.
“Dalam klausulnya disebutkan pemerintah daerah ikut membantu pembiayaan. Tapi, jika mendengar keterangan kepala sekolah dan komite sekolah, gedung itu dibangun hanya menggunakan dana dari pemerintah pusat. Selain itu perawatan gedung juga minim,” ungkap Hamid.
Dalam peristiwa runtuhnya atap SMAN 1 Muara Gembong, tiga siswa mengalami luka di kepala dan tangan. Saat itu mereka langsung dilarikan ke puskesmas terdekat.
Berdasarkan pantauan di lapangan, atap yang runtuh adalah atap kelas X IPS. Kerangka besi baja penyangga genteng terlihat melengkung akibat mampu menahan beban genteng.
Kepala SMAN 1 Muara Gembong, Ahdar Mahdar, juga berharap rehabilitasi ruang kelas dapat segera dilakukan sehingga 62 murid kelas tersebut dapat belajar kembali dengan normal. Akibat runtuhnya atap kelas, kini 62 murid terpaksa belajar di musala dan ikut di ruang kelas lain.
Mendikbud juga sempat menjenguk tiga murid yang terluka dan memberi santunan. “Semoga adik-adik cepat sembuh dan dapat bersekolah lagi,” pungkasnya. (Bay/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved