Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Bahasa Jadi Kendala Akuntan

Haufan Hasyim Salengke
31/1/2017 07:41
Bahasa Jadi Kendala Akuntan
(thinkstock)

MASYARAKAT Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diberlakukan pada tahun lalu jadi tantangan yang harus dihadapi Indonesia di berbagai sektor. Salah satunya tantangan di bidang jasa profesi akuntansi dan manajemen.

Pengajar Indonesia Banking School (IBS) Subarjo Joyosumarto mengatakan adanya MEA membuat prospek dunia kerja akuntan serta lulusan manajemen ataupun keuangan di Indonesia pada lingkup kawasan Asia Tengara begitu sangat cerah.

“Sebab permintaan sumber daya manusia bidang itu amat tinggi peminat. Untuk itulah jumlah lulusan akuntansi dan manajemen di Tanah Air harus terus diproduksi,” ujarnya kepada Media Indonesia, kemarin.

Sayangnya, kata dia, ketika Indonesia membuka diri untuk MEA, ternyata para akuntan Indonesia masih ada kelemahan dari segi kemampuan bahasa Inggris. Akibatnya sekarang perusahaan-perusahaan akuntan di Tanah Air banyak diisi orang-orang Filipina.

“Sebenarnya kemampuan lain sudah bagus, apalagi orang-orang Indonesia jago matematika. Hanya kemampuan bahasa Inggris saja yang kurang dari akuntan kita,” kata Subarjo.

Namun begitu, ia tetap menggarisbawahi para akuntan di Indonesia harus memiliki kemampuan lainnya seperti interpersonal skill atau kemampuan berinteraksi dengan segala lapisan masyarakat dan budaya dari penjuru Tanah Air.

“Apalagi dengan diberlakukannya MEA ini, tantangan yang mereka hadapi lebih kompleks karena harus bergaul dengan warga negara lain di ASEAN yang secara budaya dan bahasa sudah berbeda sama sekali,” ungkap dia.

Pun halnya dengan profesi pada bidang manajemen. Dia menyebut lulusan jurusan manajemen sangat tinggi peminatnya karena era sekarang dikenal sebagai era entrepreneurship. Menurut dia, mahasiswa lulusan manajemen ini bisa bekerja di mana saja, tak hanya sebagai pegawai negeri sipil seperti zaman dahulu.

“Prospek lulusan manajemen saat ini dan di masa-masa mendatang sangat cerah. Biasanya lulusan jurusan manajemen ini bisa bekerja di berbagai bidang seperti sumber daya, logistik, public relations (PR), dan lain-lain,” ujar Subarjo.

Bekal IFRS
Senada dengan Subarjo, Head of Finance Control, Accounting Budget and Corporate Planning Bahana Pembinaan Usaha Indonesia Jhon Harlen Butar- Butar menyampaikan, di era MEA yang memudahkan masuknya tenaga akuntan dari luar untuk bekerja di dalam negeri harus bisa memacu para akuntan belajar bahasa Inggris.

“Berdasarkan pengalaman saya menjadi auditor sekitar 8 tahun di salah satu kantor akuntan publik, bahasa Inggris menjadi kendala. Ini perlu kita dorong kepada perguruan tinggi untuk memperkuat kemampuan bahasa Inggris pada mahasiswa mereka,” tutur Jhon.

Yang juga penting dan harus dipersiapkan akuntan untuk menghadapi persaingan MEA ialah memahami Standar Pelaporan Keuangan Internasional atau IFRS (International Financial Reporting Standards).

Sebab beberapa daerah di Indonesia kurang up to date tentang kurikulum IFRS. “Dari berbagai perusahaan yang tersebar di daerah, ada beberapa auditor justru kurang memahami IFRS,” ujar Jhon.

Padahal, kata dia, lulusan akuntansi sangat penting memahami IFRS agar bisa menghadapi era global khususnya era MEA. Ketidakpahaman IFRS akan jadi kendala auditor. “Untuk itu, setiap perguruan tinggi semestinya membekali lulusan akuntansi mereka dengan pemahaman IFRS karena IFRS ini sering ditanyakan oleh perusahaan,” pungkas Jhon. (*/S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya