Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
MASIH jelas di benak Aminah apa yang mendasari keputusan nekatnya pada 1995.
Tidak lain karena melihat kondisi kampungnya yang buruk. Sebanyak 60% dari 3.200 jiwa penduduk Desa Sukamelang, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, hidup miskin.
Aminah, yang kala itu baru berusia 28 tahun, memberanikan diri mencalonkan diri sebagai kepala desa.
Ia menjadi satu-satunya calon yang maju setelah Desa Sukamelang melepaskan diri dari Desa Tenjolayak, Kecamatan Cisalak.
Berbekal ijazah sekolah menengah atas (SMA) Aminah bertekad membangun desanya.
Ia pun menggunakan uang tabungan yang dikumpulkannya selama bertahun-tahun dari penjualan hasil tanaman sebagai petani.
"Hanya modal nekat, tidak pakai modal gede, hanya habis uang Rp13 juta saat mencalonkan dulu. Saya hanya prihatin melihat warga karena banyak yang miskin dan desa ini dulu terisolasi," kata Aminah saat bertemu Media Indonesia di kediamannya, pekan lalu.
Bungsu dari tujuh bersaudara pasangan almarhum Sukria dan Mursih itu akhirnya terpilih menjadi kepala desa perempuan pertama di Kabupaten Subang.
Hal pertama yang dilakukannya ialah membangun akses jalan.
Akses jalan dinilai Aminah menjadi prioritas utama.
Pasalnya Desa Sukamelang termasuk desa terisolasi. Satu-satunya akses menuju desa berupa jalan tanah.
Perempuan yang menjadi kepala keluarga bagi ibunya yang berusia 120 tahun itu berhasil membangun jalan aspal sepanjang 5 kilometer.
Dengan tersedianya akses jalan itu, mayoritas penduduk yang merupakan petani teh dan pala itu bisa menjual langsung hasil pertanian mereka ke pasar.
Selain itu, mempermudah akses pelayanan terhadap keluarga miskin.
"Awal masa jabatan, saya membangun infrastruktur, terutama jalan desa agar warga bisa menjual hasil pertanian mereka," ungkap Aminah.
Secara perlahan Aminah mulai membangun berbagai infrastruktur lain, seperti sarana ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, dan pertanian. Proses pembangunan pun dilakukan secara merata sehingga semua masyarakat mampu merasakan peningkatan kesejahteraan.
Kejujuran, keberhasilan, dan inovasi petani kelahiran 5 Juli 1967 itu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat membuatnya kembali dicalonkan untuk memimpin.
Pasalnya masyarakat melihat Aminah berhasil mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
Seperti dalam pembangunan prasarana sekolah.
Semasa menjabat, Aminah berhasil membangun pendidikan anak usia dini (PAUD) agar anak-anak desa bisa mendapatkan akses pendidikan.
"Dulu belum ada sekolah apa pun di sini, Bu Aminah mengajukan ada PAUD bahkan SD juga dibangun karena hasil Bu Kades dulu," ungkap Yana, warga Desa Sukamelang yang merasakan perubahan.
Warga Desa Sukamelang sebenarnya menginginkan Aminah tetap menjadi kepala Desa di Sukamelang.
Sayangnya keinginan mereka tidak bisa dipenuhi karena terbentur aturan perundang-undangan yang menyatakan pemimpin daerah hanya bisa memegang kuasa selama dua periode.
Prestasi
Tiga belas tahun menjabat selaku kepala desa bukan berarti tanpa hambatan.
Butuh dana besar untuk membangun desa yang masuk kategori desa tertinggal itu.
Tidak hanya menggandalkan anggaran desa, terkadang Aminah harus mengeluarkan kocek sendiri.
"Dulu mana ada dana bantuan desa seperti sekarang mencapai miliaran, jadi untuk membangun desa kadang mengeluarkan uang dari kantong sendiri," kata Aminah.
Desa Sukamelang yang memiliki 12 rukun tetangga (RT) dan delapan rukun warga (RW) tak pernah mendapat bantuan baik dari pemerintah kabupatan maupun provinsi.
Meski demikian, hal itu bukan penghalang bagi warganya untuk berprestasi.
Termasuk dalam setoran pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB), Desa Sukamelang selalu menjadi peringkat pertama.
"Meski tergolong desa miskin, pembayaran PBB kita selalu nomor satu," ujar Aminah.
Di samping itu, Desa Sukamelang dinyatakan sebagai desa yang memiliki kesadaran hukum oleh Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly.
Kini perempuan yang sempat menempuh pendidikan di Sekolah Ilmu Pemerintahan (SIP) di Sukabumi itu sudah tidak lagi menjadi kepala desa.
Namun, perempuan yang telah berpisah dengan suaminya sebelum menjadi kepala desa itu siap mengabdikan dirinya untuk desanya.
Kini ia menjadi warga biasa dan kembali menjadi petani.
Saat ini Aminah tengah mengembangkan tanaman kopi yang bibitnya dibeli dari Lampung untuk ditanam di lahan miliknya seluas 250 meter persegi.
Ia sengaja memilih kopi karena paling mudah dijual dan harganya lebih tinggi bila dibandingkan dengan teh dan pala.
Tidak hanya itu, Aminah menjadi perempuan inspiratif di Subang karena ia memperjuangkan emansipasi dan membuktikan perempuan bisa berkarya untuk membangun dan berguna bagi masyarakat. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved