Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
SUKANTO, 34, mempersilakan kami masuk ke posko bertuliskan ‘Masyarakat Perduli Api’ (MPA). Letak posko tersebut tepat di sebelah Balai Desa Lembah Hijau II, Kecamatan Nangga Tayap, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.
Komandan MPA tersebut saat itu tengah berkumpul bersama 14 warga lainnya yang sehari-hari kebanyakan bekerja sebagai buruh di perusahaan sawit dan berkebun.
“Di sini tempat kami menyimpan peralatan pemadam kebakaran tahap awal sesuai standar. Semuanya disediakan perusahaan,” tuturnya.
Di ruangan berkukuran 4x4 meter itu terdapat alat pemadam api berisi karbon dioksida seberat 2 kilogram (kg) hingga 7 kg, sepatu bot, selang, dan beberapa peralatan pemadam kebakaran lainnya.
Sukatno masih ingat betul ketika desanya menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah akibat bencana kabut asap dari pembakaran hutan dan lahan pada 2015.
Belajar dari pengalaman tersebut, korporasi gencar melibatkan masyarakat untuk aktif mencegah serta mengendalikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Seperti yang dilakukan salah satu produsen kelapa sawit, PT Sinarmas Agro Resources and Technology (PT SMART Tbk), terhadap delapan desa di sekitar wilayah operasional mereka di Kalimantan Barat.
“Menjelang musim kemarau, dengan sepeda motor kami melakukan partoli intensif siang dan malam bersama tim Satuan Tugas Kesiapsiagaan Tanggap Darurat yang dibentuk perusahaan untuk memantau lahan perkebunan warga dan perusahaan,” terang Sukatno.
Menurutnya, setiap anggota MPA diberi insentif Rp750 ribu per bulan. Oleh Sukanto, uang tersebut digunakan untuk membeli bahan bakar sepeda motor yang ia gunakan berpatroli.
Selama sekitar satu tahun, Sukatno bersama masyarakat desa lain dibina PT SMART Tbk melalui program Desa Sadar Api yang dicanangkan pada 2016. Warga dibekali pelatihan pencegahan kebakaran, infrastruktur dasar penanggulangan kebakaran, dan deteksi dini untuk penanganan apabila terjadi karhutla.
Upaya itu membuahkan hasil. Tiga desa, yakni Desa Sungai Kelik, Lembah Hijau I, dan Lembah Hijau II telah ditetapkan sebagai desa percontohan nasional oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian karena berhasil mencegah karhutla sepanjang 2016. Oleh karena itu, desa tersebut mendapatkan apresiasi bantuan sosial sebesar Rp100 juta.
Secara terpisah, CEO Perkebunan Sinar Mas Wilayah Kalimantan Barat Susanto Yang mengatakan pihaknya bersama masyarakat telah membuat fire danger rating system dan monitoring hot spot (titik panas) berbasis teknologi informasi untuk deteksi dini karhutla. (Indriyani/YH/RK/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved