Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Jangan Mudah Percaya Klaim Produk Sehat

Putri Rosmalia Octaviyani [email protected]
18/1/2017 08:10
Jangan Mudah Percaya Klaim Produk Sehat
(THINKSTOCK)

BELAKANGAN makin banyak bermunculan berbagai jenis produk yang diklaim sebagai produk sehat. Mulai makanan, minuman, hingga suplemen dengan embel-embel low fat (rendah lemak), no sugar (tanpa gula), serta sederet janji manfaat lainnya dicantumkan pada bagian depan kemasan produk. Namun, tidak sedikit dari klaim tersebut ternyata palsu dan hanya bagian dari trik penjualan. Sayangnya, masyarakat Indonesia masih kurang kritis dan skeptis terhadap berbagai bentuk promosi tersebut sehingga cenderung percaya pada klaim-klaim produk seperti itu.

"Masyarakat masih cenderung mengambil keputusan berdasarkan apa yang diiklankan. Apalagi bila yang mempromosikan ialah sosok yang menjadi influencernya," kata konsultan nutrisi Jansen Ongko dalam diskusi bersama Forum Ngobras di Matraman, Jakarta, Senin (16/1). Kecenderungan masyarakat yang selalu ingin mencapai sesuatu dengan cara instan itulah, ujarnya, membuat permintaan terhadap produk-produk tersebut terus meningkat. Padahal, dalam hal kesehatan, tidak ada satu jenis makanan atau minuman yang dapat mengubah sistem kerja atau tingkat kesehatan tubuh dengan cara cepat yang aman digunakan.

"Tubuh butuh penyesuaian dan keseimbangan. Misalnya untuk diet, umumnya masyarakat akan mencari produk yang menjanjikan penurunan berat badan dalam waktu singkat. Padahal, penurunan berat badan yang benar ialah hanya sekitar 30% dari berat semula dalam satu bulan. Kalau lebih dari itu, akan berdampak buruk bagi kesehatan," ungkap Jansen. Minimnya usaha dan kemauan masyarakat untuk terlebih dahulu mencari tahu kebenaran kandungan suatu produk serta pengetahuan berbagai ilmu kesehatan yang benar juga menyulitkan upaya dalam menekan masalah tersebut.

"Saat ini orang mulai sadar tentang pentingnya hidup sehat. Sayangnya, mereka mendengarkan informasi dari sumber yang tidak memiliki latar belakang edukasi tepat. Mereka juga tidak mengklarifikasi, tidak menanyakan lagi dari mana jawaban itu, atau apa hasil penelitiannya,” tuturnya. Jansen mencontohkan beberapa produk berlabel sehat yang belakangan ini tengah populer. Antara sejumlah air minum yang mengandung oksigen, alkaline, atau jenis infuse water. Menurutnya, jenis minuman tersebut tidak memiliki dampak signifikan pada tubuh.

Harganya yang tidak murah dan aturan pakai yang intensif justru hanya akan menimbulkan kerugian secara materiil bagi masyarakat yang memercayainya. Bahkan, sugesti terhadap manfaat yang dijanjikan membuat seseorang tanpa sadar minum dalam jumlah lebih banyak bila dibandingkan dengan ketika ia minum air biasa. "Jadi, sesungguhnya yang membuat tubuh merasa segar dan kulit kenyal itu karena tubuh mengalami hidrasi yang lebih baik lantaran lebih banyak minum saja. Yang biasanya dehidrasi jadi cukup,” tutur Jansen.

Tidak terkendali
Beragam contoh lain terkait dengan klaim sehat tapi hoax atau hanya informasi palsu tentang kesehatan, katanya, sangat banyak beredar di masyarakat. Mudahnya akses informasi menyebabkan hal tersebut kini semakin tidak terkendali. Mulai ajakan detox, menghindari makanan atau minuman tertentu yang tidak berdasar, hingga mitos-mitos yang tidak pernah terbukti atau sebelumnya tidak pernah diteliti. "Jadi, hoax di dunia kesehatan terkait gaya hidup saat ini semakin banyak. Bila masyarakat tidak pintar, hidupnya akan dibayangi ketakutan dan kepercayaan berlebihan. Hal tersebut hanya akan menguntungkan pihak yang menjadikan itu sebagai bisnis," ujar Jansen.

Ahli gizi Leona Victoria pada kesempatan yang sama mengatakan kurangnya kemauan masyarakat untuk mengkaji serta longgarnya aturan terkait dengan label pada produk konsumsi di Tanah Air membuat masyarakat lebih mudah tertipu. Hal tersebut antara lain terlihat dari jarangnya produk makanan, minuman, atau produk kesehatan yang mencantumkan tabel nutrisi pada kemasan.

"Padahal kalau di luar negeri, hal tersebut sangat wajib disertakan. Dengan begitu, masyarakat dapat memilah apa yang akan mereka konsumsi dan sesuai dengan kebutuhan gizinya," ungkap Leona. Selain itu, dalam mencantumkan label atau klaim sehat, setiap produk seharusnya sudah melewati kajian dan memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional dan internasional. Namun, hal tersebut tidak terjadi di Indonesia. Aneka produk dengan bebas meletakkan berbagai label dan klaim yang merujuk pada gaya hidup sehat pada kemasannya. "Contoh untuk (produk) organik atau no sugar (tanpa gula). Banyak produk yang mencantumkan tanpa ada penjelasan lebih lanjut mengenai asal klaim tersebut. Setelah diteliti, bahkan hanya dirasakan, ternyata klaim tersebut tidak benar," kata Leona.

Untuk menghindari klaim-klaim palsu tersebut, ungkapnya, masyarakat harus lebih cermat dan kritis. Produk yang menawarkan manfaat berlebihan, tidak logis, dan menjamin dampak dalam waktu sangat cepat hampir dipastikan merupakan produk dengan klaim palsu yang hanya mengejar keuntungan. Pada dasarnya tidak ada jenis makanan atau minuman, terutama yang mengaku alami, dapat memberikan dampak instan yang signifikan pada tubuh manusia. "Cara terbaik untuk mendapatkan kesehatan ialah dengan gaya hidup sehat dan bukan dengan mengonsumsi asupan yang mengaku sehat atau menyehatkan. Asupan seimbang serta olahraga menjadi hal terbaik yang bisa dilakukan agar tubuh tidak rentan penyakit," tuturnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya