Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Transplantasi Paru-Paru Babi ke Manusia di Tiongkok Bertahan 9 Hari

Abi Rama
27/8/2025 10:39
Transplantasi Paru-Paru Babi ke Manusia di Tiongkok Bertahan 9 Hari
Ilustrasi(freepik)

LAPORAN ilmiah terbaru menyebutkan bahwa paru-paru babi hasil rekayasa genetik berhasil ditransplantasikan ke tubuh seorang pria dengan kondisi mati otak di Tiongkok. Organ tersebut dapat berfungsi selama sembilan hari sebelum akhirnya menunjukkan tanda-tanda penolakan.

Percobaan ini dilakukan tim dokter di Guangzhou Medical University First Affiliated Hospital. Pasiennya adalah seorang pria berusia 39 tahun yang mengalami mati otak akibat pendarahan. Dengan persetujuan keluarga, dokter kemudian melakukan transplantasi paru-paru babi tersebut. 

“Meski penelitian ini menunjukkan kemungkinan transplantasi paru-paru babi ke manusia bisa dilakukan, tantangan besar ialah penolakan organ dan infeksi,” tulis para peneliti dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine.

Untuk mencegah risiko, pasien diberikan sejumlah obat anti infeksi. Paru-paru yang ditanamkan juga telah mengalami enam kali rekayasa genetik, sementara untuk babinya, dipelihara di lingkungan yang sangat steril.

Awalnya, tidak ada tanda penolakan langsung. Namun, hanya sehari setelah operasi, tubuh pasien mulai membengkak karena penumpukan cairan. Beberapa hari kemudian sempat terlihat pulih, tetapi akhirnya muncul tanda bahwa tubuh mulai menolak organ tersebut.

Menurut Kepala Bedah Toraks Northwestern Medicine Canning Thoracic Institute, Dr. Ankit Bharat, hasil ini belum bisa menjadi dasar untuk uji klinis lebih luas.

“Kita memang bisa belajar sesuatu dari sini, tetapi saya belum yakin ini benar-benar membuka jalan untuk uji coba besar, hanya berdasarkan hasil ini,” ujar Ankit Bharat seperti dikutip dari CNN Health.

Kesulitan

Bharat menekankan bahwa paru-paru lebih sulit ditransplantasikan dibanding ginjal atau jantung. Organ ini memiliki banyak fungsi selain bernapas, mulai dari penyaringan darah, menjaga suhu tubuh, produksi trombosit, hingga pertahanan imun. Karena bersentuhan langsung dengan udara, paru-paru menjadi lebih mudah terinfeksi virus dan bakteri.

“Itu masalah sulit diatasi. Bahkan antar-manusia saja, kita belum bisa sepenuhnya menghindari kegagalan.. Ditambah antigen babi, ini menambah lapisan masalah baru,” ujarnya.

Hingga kini, transplantasi organ babi yang tergolong cukup berhasil adalah pada ginjal dan jantung. Buktinya terlihat pada kasus Tim Andrews di Massachusetts, yang sejak Januari lalu hidup dengan ginjal babi hasil rekayasa genetik.

Namun, untuk paru-paru, para ahli menilai tantangannya jauh lebih rumit. Bahkan ahli bedah transplantasi di NYU Langone’s Transplant Institure, Adam Griesmer dengan nada sarkasme menyebut jika tidak ada yang ingin mentransplantasi paru-parunya dengan risiko demikian.

“Tidak ada yang mau menjalani transplantasi paru-paru hanya untuk bertahan sembilan hari,” ujar Adam Griesmer.

Namun, ia menambahkan, studi semacam ini tetap penting karena hasil dari hewan percobaan tidak selalu sama dengan manusia. 

“Anda tidak bisa mengasumsikan model hewan akan mencerminkan apa yang terjadi pada manusia,” tambahnya. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya