Headline

Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.

Tren “Tato” Matahari Ramai di Kalangan Remaja, Dokter Kulit Ingatkan Bahayanya

Bimo Aria Seno
24/8/2025 12:22
Tren “Tato” Matahari Ramai di Kalangan Remaja, Dokter Kulit Ingatkan Bahayanya
Ilustrasi(freepik)

MENGGUNAKAN sinar matahari untuk membuat pola tato menjadi tren di media sosial yang dianggap keren oleh banyak remaja. Namun, para ahli menegaskan tren ini bisa berisiko serius bagi kesehatan kulit, terutama pada remaja.

Banyak anak muda sangat antusias dengan aktivitas berjemur. Beberapa bahkan secara rutin memantau tingkat sinar ultraviolet (UV) setiap hari. Ditambah lagi dengan pengaruh TikTok yang kerap melahirkan tren baru, orangtua sering kali kewalahan menghadapi kebiasaan remaja yang berpotensi membahayakan kesehatan mereka.

Membuat “tato” menggunakan sinar matahari, yang juga dikenal sebagai sunburn tattoo atau sunscreen art sedang popular di kalangan remaja. Metode ini dilakukan dengan menempelkan plester medis, stiker, atau mengoleskan sunscreen dalam pola tertentu. Ketika kulit terkena sinar matahari, pola tersebut akan muncul menyerupai tato.

Meskipun para ahli memahami tampilan ini mungkin menarik bagi remaja. Namun, ahli juga menegaskan yang tampak keren hari ini bisa menimbulkan dampak yang serius di kemudian hari.

Mengapa tato sunburn berbahaya?

Paparan sinar matahari memang memiliki sisi positif, misalnya membantu tubuh memproduksi vitamin D yang bermanfaat bagi suasana hati. Namun, dokter kulit mengingatkan tidak ada istilah sunburn sehat maupun istilah tan sehat.

Dr. Whitney Hovenic, dermatolog bersertifikat sekaligus ahli bedah Mohs, menjelaskan bahwa tato akibat terbakar matahari bukanlah efek seni tubuh, melainkan tanda kerusakan kulit yang serius. Luka bakar sinar matahari terjadi akibat kerusakan kulit yang disebabkan paparan UV berlebihan.

Hal serupa juga dipertegas oleh Dr. Brendan Camp, dermatolog dan dermatopatolog dari New York. Ia menerangkan bahwa kulit yang menggelap atau terbakar merupakan respons alami tubuh dalam melindungi diri. Sel kulit akan memproduksi pigmen melanin lebih banyak guna melindungi DNA dari kerusakan akibat sinar ultraviolet.

Namun, perlindungan alami tersebut tidaklah cukup. Penelitian telah membuktikan bahwa satu kali luka bakar parah atau lima kali luka bakar akibat sinar matahari sebelum usia 18 tahun bisa meningkatkan risiko terkena melanoma*, yaitu salah satu jenis kanker kulit paling berbahaya.

Selain luka bakar, kebiasaan berjemur secara umum pun bisa meningkatkan risiko terkena kanker kulit, jelas Dr. Hallie McDonald, dokter kulit sekaligus co-founder merek perawatan kulit ERLY.

Risiko yang sering diabaikan remaja

Membahas kanker kulit seringkali terdengar menakutkan. Hal ini semakin terasa setelah kasus kematian Brandon Blackstock, mantan suami penyanyi Kelly Clarkson, akibat penyakit tersebut. Namun, para remaja sering kali berpikir jangka pendek. Mereka merasa kebal dan berasumsi bahwa hal buruk hanya terjadi pada orang lain.

Karena itu, Dr. Hovenic menekankan pentingnya orang tua tidak hanya mengingatkan soal risiko jangka panjang seperti kanker kulit, tapi juga menjelaskan dampak jangka pendek yang lebih nyata. Misalnya, tren tato sinar matahari dapat mempercepat proses penuaan, menimbulkan kerutan dini, bintik hitam, serta warna kulit yang tidak merata.

“Ingatkan remaja bahwa melindungi kulit mereka sekarang adalah salah satu investasi terbaik yang dapat mereka lakukan untuk kesehatan dan kepercayaan diri mereka di masa depan,” ujar Dr. Hovenic.

Cara Orangtua Menyikapi

Jika seorang anak sudah terlanjur mencoba-coba tren ini, Dr. Hovenic menyarankan agar orang tua tidak bereaksi dengan amarah atau menakut-nakuti. Sebaliknya, terapkan pendekatan yang bersikap terbuka dan bebas dari penilaian. Dengan sikap seperti itu, anak akan merasa aman untuk mengakui kesalahannya dan lebih terbuka menerima nasihat.

Selain itu, orang tua juga dapat menawarkan alternatif serupa yang lebih aman. Misalnya, tato semprot yang menggunakan bahan dasar gula untuk memberi warna sementara pada lapisan luar kulit, sehingga pola yang menarik juga bisa tercipta tanpa paparan sinar UV yang berlebihan.

Perlindungan kulit harus jadi rutinitas

Para ahli sepakat bahwa edukasi mengenai bahaya sinar matahari itu penting. Sunscreen sebaiknya dijadikan bagian dari rutinitas harian yang sama pentingnya dengan menyikat gigi. Dr. McDonald juga menegaskan bahwa orang tua yang memberikan contoh penggunaan sunscreen akan lebih efektif membentuk kebiasaan jangka panjang pada anak-anak.

Menurut Dr. Hovenic, “efek ‘wow’ jangka pendek tidak sebanding dengan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkannya.” Oleh sebab itu, mencegahnya jauh lebih bijak daripada akan menyesal di kemudian hari. (parents/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya