Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
Pernahkah kamu mendengar istilah aura? Mungkin kamu mengira aura hanya ada dalam cerita mistis atau film fantasi. Tapi, tahukah kamu bahwa tubuh manusia benar-benar memancarkan cahaya yang menyerupai aura? Penelitian ilmiah dari Jepang membuktikan bahwa aura itu nyata dan bisa dideteksi! Yuk, simak penjelasan lengkapnya!
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aura adalah energi yang memancar dari seseorang atau benda. Istilah aura farming sendiri jadi viral karena aksi anak-anak di lomba Pacu Jalur, Riau, yang menari penuh semangat di atas perahu. Gerakan mereka yang penuh karisma disebut sebagai upaya "mengumpulkan aura" atau aura farming. Tapi, di balik tren ini, ada fakta ilmiah mengejutkan tentang aura manusia!
Pada tahun 2009, tim peneliti dari Jepang, dipimpin oleh Masaki Kobayashi dan Daisuke Kikuchi dari Institut Teknologi Tohoku serta Hitoshi Okamura dari Universitas Kyoto, menemukan bahwa tubuh manusia memancarkan cahaya lemah. Cahaya ini disebut ultraweak photon emission (UPE), yang terlalu redup untuk dilihat mata telanjang. Mereka menggunakan kamera super sensitif (Cryogenic Charge-coupled Device/CCD) untuk menangkap cahaya ini dari lima pria berusia 20-an selama tiga hari.
Hasilnya? Tubuh manusia benar-benar bersinar! Cahaya ini berubah-ubah sepanjang hari, paling terang di sore hari dan paling redup di malam hari. Menariknya, cahaya ini tidak ada hubungannya dengan panas tubuh, melainkan terkait dengan proses metabolisme dan ritme sirkadian (jam biologis tubuh).
Cahaya aura ini berasal dari reaksi kimia di dalam tubuh, yang disebut bioluminesensi. Proses ini mirip seperti cahaya yang dipancarkan oleh kunang-kunang atau ubur-ubur. Di dalam sel, mitokondria menghasilkan energi dan melepaskan spesies oksigen reaktif (ROS). ROS ini bereaksi dengan molekul lain, seperti protein dan lipid, lalu memancarkan cahaya kecil yang disebut biofoton. Inilah yang membuat tubuh kita "berkilau"!
Ritme sirkadian, yang mengatur siklus tidur dan bangun kita, juga memengaruhi intensitas cahaya ini. Jadi, saat kamu merasa paling bersemangat di sore hari, mungkin aura kamu sedang bersinar paling terang!
Penemuan tentang aura manusia ini membuka banyak kemungkinan baru. Para ilmuwan percaya bahwa mempelajari cahaya tubuh bisa membantu mengembangkan teknologi medis, seperti mendeteksi penyakit atau tingkat stres hanya dengan mengukur emisi foton. Bayangkan, suatu hari dokter mungkin bisa "melihat" kesehatanmu dari pancaran aura tubuhmu!
Selain itu, tren aura farming juga menunjukkan bagaimana budaya lokal, seperti Pacu Jalur, bisa mendunia. Aksi anak-anak seperti Rayyan Arkan Dikha, yang viral karena tariannya, membuktikan bahwa aura bukan hanya soal cahaya tubuh, tapi juga karisma dan energi positif yang bisa menginspirasi orang lain.
Tren aura farming menjadi viral di TikTok berkat Pacu Jalur, di mana anak-anak menari dengan penuh percaya diri di atas perahu. Gerakan mereka, yang sering diiringi lagu Young Black & Rich oleh Melly Mike, menarik perhatian dunia, bahkan selebriti seperti Steve Aoki dan klub sepak bola PSG. Ini membuktikan bahwa aura tidak hanya soal sains, tapi juga tentang bagaimana kita mengekspresikan diri dan memengaruhi orang lain.
Jadi, aura itu nyata, baik secara ilmiah maupun budaya! Peneliti Jepang membuktikan bahwa tubuh kita memancarkan cahaya lemah yang terkait dengan metabolisme dan ritme sirkadian. Di sisi lain, aura farming menunjukkan bahwa karisma dan energi positif bisa "menyala" di media sosial dan menginspirasi banyak orang. Jadi, kapan kamu akan mulai "mengumpulkan aura" mu sendiri?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved