Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DOKTER IPB University dr Eka Nugraha, mengajak masyarakat lebih waspada terhadap Sjogren’s Syndrome. Penyakit autoimun ini dikatakan dapat menyerang kelenjar penghasil cairan tubuh seperti air mata dan air liur, serta berpotensi merusak organ-organ penting lainnya.
“Sjogren’s Syndrome adalah penyakit autoimun yang menyerang kelenjar eksokrin, terutama kelenjar air mata dan kelenjar air liur,” ungkapnya dalam program IPB Podcast: Kenali Bahaya Sjogren’s Syndrome di kanal YouTube IPB TV.
Akibatnya, ia melanjutkan, pasien mengalami gangguan produksi air mata dan air liur yang menyebabkan mata dan mulut terasa kering.
Pakar biologi sel dan molekuler ini menjelaskan, keluhan utama penderita umumnya berupa mata dan mulut kering. Bisa juga disertai gejala lain seperti mata gatal, infeksi mulut, bau mulut, hingga sariawan.
“Penyakit ini lebih banyak menyerang perempuan, dengan perbandingan 9:1 dibanding laki-laki, khususnya pada rentang usia 44–55 tahun. Kondisi ini sangat memengaruhi kualitas hidup pasien,” paparnya.
dr Eka menegaskan bahwa Sjogren’s Syndrome tidak hanya berdampak pada kelenjar air mata dan liur. “Penyakit ini juga dapat menyerang organ lain, seperti kulit, sendi, otot, saluran cerna, saluran napas, paru-paru, dan organ reproduksi wanita, sehingga bisa menyebabkan kekeringan pada vagina,” tuturnya.
“Yang paling berbahaya adalah ketika penyakit ini mulai menyerang sistem darah atau hematologi. Risiko untuk berkembang menjadi limfoma atau kanker kelenjar getah bening juga meningkat, terutama pada pasien laki-laki,” sambung dr Eka.
Ia menjelaskan bahwa Sjogren’s Syndrome disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, seperti riwayat autoimun dalam keluarga dan faktor Human Leukocyte Antigen (HLA), serta faktor lingkungan seperti infeksi berulang dan kebiasaan merokok.
“Penanganan penyakit ini harus melibatkan pendekatan multidisiplin. Dokter umum, dokter penyakit dalam, atau konsultan alergi imunologi dan rematologi biasanya menjadi koordinator utama penanganannya,” terangnya.
Selain itu, dokter mata dibutuhkan untuk memberikan air mata buatan, dan dokter spesialis lain akan menangani sesuai organ yang terdampak. Untuk kondisi akut, digunakan obat antiradang seperti steroid atau non-steroid. Terapi jangka panjang biasanya menggunakan obat Hydroxychloroquine dan sparing agent, sesuai dengan gejala yang dialami pasien.
Pada kasus berat, dapat digunakan terapi antibodi monoklonal, meski biayanya tergolong tinggi. Oleh karena itu, kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan komunikasi yang baik dengan tenaga medis menjadi sangat penting.
Selain pengobatan, dr Eka juga menyarankan pasien untuk menjaga pola hidup sehat. “Hindari merokok, konsumsi makanan tinggi omega 3 seperti telur, daging, dan kacang-kacangan, jaga kebersihan gigi dan mulut, serta istirahatkan mata jika sering menggunakan gawai atau komputer,” ujarnya.
“Tuhan pasti punya alasan mengapa seseorang mengalami Sjogren’s Syndrome. Pengobatan memang bersifat jangka panjang, sehingga perjuangan ini membutuhkan kesabaran,” tandas dr Eka.
Dengan pengobatan yang tepat dan penerimaan yang baik, ujar dia, diharapkan para pasien dapat mencapai remisi atau terbebas dari gejala dalam jangka panjang. (H-4)
Mata kering yang disebabkan sindrom Sjögren sering muncul di usia muda dan bisa menjadi tanda gangguan autoimun serius.
Mata kering bukanlah sebuah kondisi ringan. Bagi sebagian pasien, mata kering justru bisa menjadi indikasi proses autoimun yang berlangsung diam-diam di dalam tubuh.
LUPUS, penyakit autoimun kronis yang dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal. Salah satu gejalanya ternyata adalah rambut rontok.
Terapi ini terbukti efektif menangani sejumlah penyakit berat, seperti leukemia, krisis myasthenia gravis, Guillain-Barré syndrome, dan berbagai gangguan neurologis autoimun lain.
Jokowi kembali diperbincangkan, kali ini bukan soal dugaan ijazah palsu, melainkan soal dirinya yang disebut menderita autoimun, tetapi kemudian diklarifikasi sebagai alergi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved