Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
PENDIDIKAN Bahasa Inggris di Indonesia dinilai kurang menekankan pada kemahiran pragmatik siswa dalam berkomunikasi dan lebih mengutamakan tata bahasa, padahal kemahiran pragmatik penting dalam persaingan global. "Jangan bandingkan dengan Singapura, Malaysia, Filipina atau Thailand dalam berkomunikasi dengan bahasa internasional, dengan Vietnam dan Kamboja saja kita mulai kalah," kata Prof Dr Gunawan Suryoputro MHum seusai pengukuhannya sebagai Profesor atau Guru Besar Bahasa Inggris di Kampus Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Jakarta, Sabtu (19/11). Dikatakan Gunawan, daya saing sumber daya manusia Indonesia rendah disebabkan antara lain kemampuan berkomunikasi dengan bahasa internasional rendah, dan semuanya diawali dari metode pengajaran yang tidak menekankan pada kemahiran pragmatik.
Wakil Rektor Uhamka ini mengatakan, kemahiran pragmatik harus diajarkan secara terintegrasi dengan mata pelajaran Bahasa Inggris yang tujuan utamanya membekali siswa agar mampu berkomunikasi secara efektif dengan penutur berbahasa internasional.
"Tidak memiliki kemahiran pragmatik membuat siswa tidak mahir berbahasa, membuat siswa sering menyalahpahami pembicaraan, dinilai tidak santun, dan tampak tidak cerdas," cetusnya.
Pragmatis, lanjut dia, bukan saja merupakan studi makna dalam berkomunikasi, tetapi juga soal tentang apa, bicara dengan siapa, makna di balik pernyataan, di mana, dalam situasi apa, latar budaya, dan konteks pembicaraan yang sangat diperlukan dalam bernegosiasi di pergaulan internasional.
Ia juga menyayangkan kurangnya para guru Bahasa Inggris dalam pengetahuan pragmatik sehingga tidak mampu mengajarkan dan mengintegrasikan pragmatik dalam pembelajaran, ditambah lagi materi pragmatik yang sangat minim dalam buku teks Bahasa Inggris.
Dia pun mengusulkan kemahiran pragmatis dijadikan mata kuliah di awal tingkat pendidikan sarjana calon-calon guru Bahasa Inggris, karena pada umumnya sekarang ini masih lebih menekankan pada materi fonologi, morfologi, dan sintaksis (tata bahasa).
Gunawan yang pernah menjabat sebagai Wakil Sekjen Aptisi juga mengusulkan agar materi pragmatis dimasukkan dalam kurikulum yang terintegrasi sehingga dapat menjadi rujukan penyusunan buku teks pelajaran Bahasa Inggris untuk sekolah-sekolah.
Ia menyarankan dilakukannya riset-riset terapan tentang metode pengajaran Bahasa Inggris, khususnya penerapan pragmatis dalam proses pembelajaran yang terintegrasi, sehingga hasilnya dapat menjadi panduan praktik para guru untuk mengajar Bahasa Inggris secara efektif dan membuat siswa mahir berkomunikasi.
Pada pengukuhan guru besarnya itu, Gunawan langsung disambut oleh Rektor Uhamka Suyatno. Ia resmi menyandang Profesor melalui Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada Juli 2016. Dalam orasi ilmiahnya sebagai Guru Besar Bahasa Inggris Uhamka, Gunawan menyampaikan topik 'Memaksimalkan Peran Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing di Indonesia'.
Rektor Uhamka Suyatno menyatakan dengan menyandang gelar akademik tertinggi sebagai profesor, Gunawan Suryoputro merupakan aset sangat penting bagi Uhamka untuk lebih berkiprah memajukan kampusnya. "Orasi ilmiah beliau sebagai Guru Besar Uhamka memberi pencerahan dan motivasi para dosen muda menyusul jejaknya menjadi guru besar nanti," tegas Suyatno.
Edy Suandi Hamid mewakili Majelis Dikti Muhammadiyah berharap dengan menyandang profesor, Gunawan terus meningkatkan kinerja dan karyanya serta produktif menulis buku. (Ant/OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved