Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Ketua Umum PP Muhammadiyah: Idul Adha Ajarkan Ketakwaan untuk Kemaslahatan Orang Banyak

Ardi Teristi Hardi
05/6/2025 14:29
Ketua Umum PP Muhammadiyah: Idul Adha Ajarkan Ketakwaan untuk Kemaslahatan Orang Banyak
KETUA Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.(Dok. MI)

KETUA Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, syariat lahiriyah dalam momentum Idul Adha ialah menyembelih hewan kurban. Namun, makna yang paling dalamnya ialah daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya (Lan Yanala Allaha Luhumuha Wa La Dimauuha Wa Lakin Yanaluhu At-Taqwa Minkum).

“Makna terdalamnya apa yang kita miliki dalam kehidupan ini, baik harta, kekuasaan, dan segala kesenangan yang kita peroleh sebenarnya nisbi," tutur Haedar, Kamis (5/6).

Untuk itu, katanya, Allah SWT mengajarkan pada kaum beriman 'berqurbanlah' memanfaatkan harta dan segala hal duniawi itu untuk kepentingan beribadah dan kemaslahatan orang banyak bukan untuk dimiliki, ditumpuk-tumpuk bahkan dengan rasa rakus ingin hidup serba gelimang duniawi.

Ibadah kurban, lanjut Haedar, telah mengajarkan kita untuk melepas apa yang kita miliki. Sejatinya, mereka yang berkurban sudah terbebaskan jiwa, hati, pikiran, rasa, dan segala yang Ia miliki lillahi ta’ala untuk meraih ridha dan karunia Allah SWT.

Haedar juga menuturkan bahwa manusia memiliki jiwa ingin menguasai segalanya. Harta, kekuasaan, segala pesona dunia takkan pernah merasa puas bahkan dengan cara yang tidak halal yakni dengan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan segala perilaku yang menunjukkan ketamakan.

“Manusia yang rakus, dengan segala pesona duniawi, Ia tidak akan pernah cukup sampai tuhan menghentikan ajalnya (al-hâkumut-takâtsur, ḫattâ zurtumul-maqâbir)," terang dia.

Bagi Haedar, di sinilah penting setiap orang beriman di manapun posisi dan berada, di saat berkurban maupun tidak berkurban, mengoreksi diri apakah kita termasuk orang beriman tetapi tak pernah puas dalam kehidupan, lalu menjadi insan yang serakah, tamak, takabur, dan penuh ambisi yang melampaui batas lalu lupa akan kebenaran, kebaikan, dan nilai-nilai luhur dalam fondasi ketakwaan.

“Lepas segala kepentingan demi kebenaran, kebaikan, dan keluhuran, dan untuk kemaslahatan hidup orang banyak," kata dia. Jika itu bisa dipenuhi, berkurban telah membebaskan kita dari segala pesona duniawi itu untuk hidup yang cukup dan moderat tetapi membawa kemaslahatan duniawi dan ukhrawi. (H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya