Headline
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.
KISAH ini diperuntukkan kaum perempuan agar lebih berani menghadapi tantangan di segala bidang, tak lain untuk menjadi seorang pilot. Meski dunia penerbangan dikenal luas sebagai dunianya kaum pria, ternyata perempuan bisa menembus batasan itu. Ia adalah Monika Anggreini, seorang perempuan berusia 41 tahun yang telah berhasil menjadi inspirasi banyak orang, khususnya kaum perempuan dalam menembus batas, cita-cita, dan harapan yang ada di dalamnya. Keuletan, kerja keras, disiplin, serta hal lain telah membawa Monika menjadi seorang kapten pilot di maskapai penerbangan Air Asia.
Dalam buku bertajuk Burung Besi Monika: Kisah Pilot Perempuan dengan Semangat Tiga Kali Lipat Pilot Pria, Monika kecil dikisahkan tak pernah terbayangkan bahkan memiliki cita-cita menjadi seorang pilot, apalagi menyandang status kapten. Meski terlahir dari kalangan ke luarga militer, yakni bapak seorang Kolonel Bambang Wiratmo (alm) dan Ibu Mayor (Purn) Susy Hanayati, Monika tak sedikit pun tebersit menjadi seorang pilot. Ia sudah memiliki cita-cita lain, yakni menjadi arsitek.
Dalam buku yang memiliki 16 bab ini, Monika memang pada akhirnya mencoba mendaftar pada sekolah penerbangan. Namun, kesempatan pertama begitu tak terlupakan karena ketika itu Monika gagal saat mendaftar di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI). Namun, keteguhan hati Monika tidak berhenti sampai di sana. Tepatnya setelah melaksanakan ujian
tengah semester (UTS), dirinya berangkat ke Surabaya untuk mengikuti proses ujian masuk di Juanda Flying School (JFS). Ternyata, apa yang diinginkan olehnya serta sang bapak pun terkabul, Monika diterima di sekolah penerbangan JFS. Peran bapak dalam kehidupan Monika memang terasa kuat. Meski tak pernah terpikir menjadi se orang pilot, apa yang dikatakan bapak kepada Monika untuk sekadar menjajal sekolah penerbangan pada akhirnya mengubah kehidupan Monika.
Masa krisis
Kebahagiaan begitu terpancar ketika Monika berhasil lulus dari sekolah penerbangan JFS. Setelah dua tahun dihabiskan, perasaan senang, bahagia, haru, juga bangga seketika muncul karena ia bisa me menuhi keinginan sang ayah. Semuanya terbayang yang indahindah, mulai bisa cepat cari kerja, punya penghasilan sendiri, bisa terbang di airlines dan tentunya menjelajah ke berbagai negara di dunia. Namun, semua itu sirna seketika dan jangan senang dulu Monik.
Kenyataan tak seindah yang dibayangkan. Ternyata lulus dari sekolah terbang tak begitu saja menjamin untuk langsung dapat pekerjaan, apalagi bisa langsung sukses. Masa-masa itu, perekonomian Indonesia sedang di ambang kehancuran. Pada Juli 1997, Monika diterima untuk bekerja di PT Delta Wisata Nusantra yang merupakan perusahaan travel penerbangan yang saat itu men-charter salah satu pesawat milik BUMN. Saat kondisi perekonomian Indonesia pun semakin memburuk di 1998, dirinya mulai gundah.
PT Delta menghentikan operasi. Hingga akhirnya, hasil uang yang terkumpul selama bekerja di PT Delta pun ia alihkan untuk mengenyam pendidikan di Universitas Trisakti. Semua itu semakin diperparah dengan kepergian sang bapak yang merupakan mentor sekaligus panutan untuk Monika. Penyakit jantung akhirnya membawa pria berusia 53 tahun itu menghadap
Sang Pencipta. Monika pun menandatangani kontrak pertama dengan Awair (sekarang Air Asia Indonesia) pada 18 Juli 2005. Awair menjadi tempat berlabuh sekaligus medan tempur yang memberi banyak kesempatan belajar.
Pada 16 Oktober 2009, Monika diundang untuk menghadiri peresmian Allstars atau yang dikenal sebagai penyebut untuk semua karyawan Air Asia yang bekerja baik di Malaysia, Thailand, maupun negara lain. Direktur Utama Air Asia Indonesian Dharmadi ketika itu mengeluarkan pidato yang membuat diri Monika tercengang. “Saya berkeinginan Monik menjadi kapten perempuan pertama di Air Asia Indonesia ini,” tutur Dharmadi.
Ia pun menjadi semakin bersemangat dalam menjalankan tugas terbang setelah acara tersebut. Semakin rajin belajar, semakin rajin bertanya kepada kapten-kapten yang mau diajak diskusi, dan rajin membaca buku-buku penerbangan. Semua itu memang didapat Monika dengan penuh impian yang diikutsertai sebuah kerja keras, disiplin, serta pantang menyerah. Berbagai halangan dan rintangan dilewati olehnya hingga pada akhir nya itu bisa membawa seorang Monika sebagai penakluk b rung besi. (Fario Untung/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved