Headline

Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.

KH As’ad Pahlawan Nasional

Pol/Ric/X-10
10/11/2016 06:10
KH As’ad Pahlawan Nasional
(Presiden Joko Widodo memberikan Tanda Gelar Pahlawan Nasional kepada Ahmad Azaim Ibrahimy yang merupakan cucu almarhum KH Raden As'ad Syamsul Arifin di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/11). -- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

PEMERINTAH menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada tokoh Nahdlatul Ulama KH Raden As’ad Syamsul Arifin. Pemberian gelar dilakukan langsung Presiden Joko Widodo dalam upacara menyambut Hari Pahlawan di Istana Negara, Jakarta, kemarin.

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menganugerahkan Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Mahaputera ­Utama kepada Mayjen (Purn) Andi Mattalatta dan Alm Letkol Inf (Anumerta) Mohammad Sroedji.

KH Raden As’ad Syamsul Arifin lahir pada 1897 di Mekah dan meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo. Ia merupakan penga­suh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. As’ad merupakan tokoh yang ikut berperan menggerakkan rakyat dan santri, khususnya dari Jawa Timur, saat pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Cucu As’ad, Achmad Azaim Ibrahimy, mengatakan keluarga dan para santri berharap bangsa mencontoh keteladanan dan semangat patriotisme As’ad. Salah satu yang menurut dia patut dicontoh, sikap As’ad yang dapat memadukan perjuangan membela agama dengan semangat pat­riotisme. “Semoga dengan gelar kepahlawanan ini kita kembali mengenang, membaca sejarah beliau, dan mampu mengapli­kasikan ajaran keteladanan beliau dalam kehidupan bangsa dan negara,” ujarnya.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi mengatakan As’ad pantas menjadi pahlawan nasional karena berjuang pada tiga dimensi. Dimensi yang dimaksudnya, perjuangan fisik melawan Belanda dan Jepang, perjuangan di bidang pengerahan rakyat hingga lahir Badan Keamanan Rakyat (BKR), dan berjuang di kalangan pondok pesantren.

Sementara itu, Ketua BEM Universitas Indonesia Arya Adiansyah dan Ketua Presiden Mahasiswa Universitas Gadjah Mada M Ali Zaenal mengatakan Hari Pahlawan harus dimaknai sebagai momentum menjaga persatuan. Pasalnya, kondisi politik saat ini kian rentan memunculkan kon­flik yang dapat memicu perpecah­an. “NKRI ini kan ada karena rasa persatuan yang dimiliki para pahlawan kita, jangan kita cederai hal tersebut,” ujar Ali ketika dihubungi tadi malam. (Pol/Ric/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya