Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BANGSA ini tidak akan produktif dan bertahan lama bila para pemimpinnya bertengkar, tidak tulus dan serius mencintai rakyat mereka, dan tidak berani berkorban demi kesejahteraan rakyat.
Sejatinya ciri seorang pemimpin itu ialah orang yang selalu berpikir, bekerja, dan berkorban untuk rakyat.
Dalam terminologi Islam, pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan penguasa yang harus ditakuti dan minta dilayani.
Semua yang dilakukan semata untuk mengharapkan rida dan cinta Ilahi.
Sikap itulah yang dicontohkan Rasulullah Muhammad dan terkandung dalam istilah maqam Ibrahim, yaitu sebuah posisi dan martabat spiritual yang hanya menempatkan Allah sebagai Yang Mahaagung, yang kepada-Nya kita berislam, berserah diri, pasrah.
Sebuah bangsa yang dipimpin orang-orang yang tidak memiliki semangat berkorban, tetapi (justru sebaliknya) semangat korupsi, bersiaplah menghadapi kehancuran.
Yang demikian itu oleh Allah diumpamakan dengan wanita yang telah bekerja keras memintal benang lalu setelah sempurna diurai dan dirusak kembali (QS 16:92).
Alquran juga mengingatkan kehancuran sebuah bangsa selalu bermula ketika para elite politik di lapisan puncak piramida kekuasaan berbuat fasik, yaitu kezaliman, kemaksiatan, dan tidak mengindahkan hukum (QS 17:16).
Sesungguhnya saat ini yang lebih dibutuhkan masyarakat bukan sepotong daging kurban, melainkan rasa aman, pendidikan yang bagus, dan tersedianya lapangan kerja.
Sangat ironis bila para pemimpin bangsa berulang kali pergi haji dan tiap tahun menyembelih hewan kurban, tetapi yang marak justru korupsi, bukan semangat dan tindakan nyata untuk berkurban, menolong rakyat yang kian menderita.
Allah tidak memerlukan pemberian daging kurban, tetapi akan menilai ketakwaan hamba-Nya dalam amal perbuatan nyata (QS 22:37).
Sebenarnya ibadah haji mirip dengan salat.
Dalam salat ada rangkaian gerak, ketundukan, dan keheningan serta ucapan takbir berulang-ulang yang diakhiri dengan ucapan salam, sembari menengok ke kanan dan ke kiri.
Buah dari orang yang rajin salat ialah tumbuhnya pribadi yang selalu menebar damai dan menciptakan rasa aman bagi dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.
Orang yang rajin salat dan ke masjid, tetapi tidak menebarkan rasa damai dan tidak peduli kepada fakir miskin, sama halnya bermain-main dengan agama.
Kedamaian itu bermula dari hati lalu diwujudkan dalam lingkungan masjid
sehingga diharamkan seseorang melakukan perusakan dan permusuhan di lingkungan masjid, terlebih di wilayah suci tempat ibadah haji berlangsung.
Bahkan, membunuh hewan dan merusak tanaman pun diharamkan.
Sungguh menarik direnungkan, ibadah haji merupakan social gathering bagi lebih dari dua juta orang tanpa terjadi kerusuhan berarti.
Di sana tidak diperlukan satuan keamanan dengan senjata lengkap.
Semuanya datang untuk menghadap Allah dengan pakaian sekadarnya, sebatas menutup aurat.
Mereka kembali menemukan kefitrian dan kepolosan bagai anak kecil di hadapan orangtuanya.
Seakan semuanya telanjang, tak ada yang ditutupi, karena yakin Allah Maha Melihat.
Mereka berkumpul di tempat terbuka, memandang ke Kabah yang sama, melihat langit yang sama, bumi yang sama, melakukan gerakan yang sama, sambil berdoa kepada Tuhan yang sama.
Sebagaimana salat, saat melakukan ibadah haji seakan tengah menapakkan kakinya ke halaman akhirat, tengah mengintip rumah akhirat, tengah menghitung kesiapan bekal menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.
Atas kesadaran seperti itu, orang yang hajinya mabrur dan salatnya khusyuk pasti akan selalu menebar kasih dan damai.
Ia sangat sadar, umur ini terlalu pendek sehingga amat merugi bila diisi
tindakan yang tak berguna.
Sungguh merugi fasilitas umur yang demikian singkat hanya diisi dengan kegiatan mengejar dan mengumpulkan barang haram, saling memfitnah,
dan menjegal teman untuk memenuhi kebanggaan diri, yang berujung pada kehancuran dan penyesalan.
Orang yang berhati damai dan penuh kasih pasti senang pada sikap memberi, senang berkurban, bukannya selalu ingin mengambil yang bukan haknya dan melakukan korupsi.
Berkenaan dengan Idul Kurban ini, kita berharap para elite bangsa memiliki tekad dan keberanian menyembelih 'berhala egoisme' yang menguasai dirinya sebagaimana tekad Ibrahim hendak menyembelih putranya sendiri demi keselamatan bangsa dan masa depan putraputri kita.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved