Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Jaga Hutan agar Listrik Tetap Nyala

Richaldo Y Hariandja
03/11/2016 10:31
Jaga Hutan agar Listrik Tetap Nyala
(Warga Desa Kamanggih menjaga kelestarian Hutan Labundung yang menjadi hulu dari aliran sungai untuk menjaga turbin generator PLTMH Mbakuhau tetap bergerak---MI/Richaldo Y Hariandja)

PEMANFAATAN air sebagai sumber energi tidak lepas dari kemampuan hutan dalam menyerap dan menyimpan air. Hal itu disadari warga Desa Kamanggih dengan cara menjaga kelestarian hutan Labundung yang menjadi hulu dari aliran sungai untuk menjaga turbin generator Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Mbakuhau tetap bergerak.

"Kami menganggap bahwa hutan ini sakral untuk dijaga," ucap Umbu Hinggi, salah seorang tokoh masyarakat di sana. Dia pun bersyukur dengan adanya status kawasan yang merupakan hutan lindung dan berharap pemerintah tidak melakukan alih fungsi dengan alasan apa pun.

Oleh karena itu, instrumen yang sangat menentukan ialah keterlibatan masyarakat menjaga hutan. Sebab, masih ada potensi bahaya, yakni bencana kebakaran hutan dan adanya niat jahat pihak tertentu untuk merambah.

Warga Desa Kamanggih sadar akan hal itu bahwa menjaga hutan merupakan kunci keberlanjutan dari PLTMH milik mereka. Pasalnya, terdapat perbedaan signifikan daya yang dihasilkan pada musim kemarau dan hujan.

Jika musim hujan dapat menghasilkan listrik hingga 300 kw per hari, saat kemarau PLTMH Mbakuhau hanya mampu menyuplai listrik 120 kw per hari. "Kalau malam, aliran air sangat kecil sekali, sehingga lebih baik dimatikan," ucap Opeartor PLTMH Theopilus Tamu Ama.

Keberadaan energi listrik di Desa Kamanggih sudah dirasakan manfaatnya dalam membantu perekonomian warga. Sejak listrik hadir, muncullah industri mebel di desa yang memiliki populasi 1.800 jiwa itu. Pendapatan warga pun meningkat,

Perajin mebel Matius Umbu Rongga menyatakana pendapatan bersihnya kini Rp3 juta per bulan. "Saya dulu sopir angkutan barang dengan pendapatan bersih Rp400 ribu per bulan," ucap Matius.

Umbu Hinggi pun turut membagi kisahnya. Jika masa pralistrik kegiatan komunal malam hari hanya terjadi pada saat upacara adat kematian dan perkawinan, kali ini terjadi kapan saja dan di mana saja. "Sekarang ada televisi, kami buat nonton bareng. Itu sumber informasi kami," terang Umbu Hinggi. (Ric/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik