Prakiraan Cuaca BMKG di Malam Tahun Baru 2025, Bagaimana di Wilayah Anda?

Fathurrozak
30/12/2024 11:10
Prakiraan Cuaca BMKG di Malam Tahun Baru 2025, Bagaimana di Wilayah Anda?
Prakiraan cuaca BMKG di malam tahun baru 2025.(Dok. BMKG)

PRAKIRAAN cuaca BMKG di malam tahun baru 2025 di Jabodetabek cenderung kondusif. Meskipun tetap ada prediksi hujan ringan hingga sedang. Sementara itu, kewaspadaan tinggi bergeser untuk wilayah Jawa Timur dan Kalimantan.

Setelah sempat dikhawatirkan dengan kemungkinan terulangnya bencana banjir akibat cuaca ekstrem pada malam tahun baru pada 31 Desember 2019–1 Januari 2020 pada tahun ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis laporan terbarunya berdasar monitor/observasi yang dilakukan hingga 29 Desember. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daringnya semalam menyampaikan, tren cuaca ekstrem pada malam tahun baru 2025 mengalami penurunan.

Sebelumnya, pada periode November–Desember, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami puncak musim hujan dengan kondisi curah hujan yang meningkat signifikan. Kondisi ini menyebabkan bencana seperti banjir dan tanah longsor yang telah terjadi di beberapa wilayah selama Desember.

Aktifnya angin/monsun dari arah Asia dan fenomena La Nina yang lemah melatarbelakangi cuaca dan iklim di Indonesia dalam periode tersebut. Di samping itu, juga terjadi anomali suhu muka air laut yang semakin menghangat dibandingkan suhu normal, dan memicu bibit-bibit siklon tropis di wilayah utara khatulistiwa maupun bagian Selatan Indonesia.

Belum lagi, adanya fenomena atmosfer lainnya seperti MJO (Madden-Julian Oscillation–gangguan cuaca utama yang memengaruhi wilayah tropis dalam skala mingguan hingga bulanan, serta adanya seruak dingin lintas ekuator yang berperan dalam meningkatkan curah hujan di Indonesia. Faktor-faktor tersebutlah yang mengakibatkan sejak awal Desember hingga 10 hari kedua Desember terjadi tren peningkatan curah hujan ekstrem.

Namun, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers daring semalam melaporkan, BMKG memastikan cuaca malam tahun baru akan lebih kondusif. “Aman dari cuaca ekstrem. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga minggu pertama Januari 2025,” jelas Dwikorita, Minggu, (29/12).

Penurunan tren cuaca ekstrem tersebut, dijelaskan Dwikorita karena seruak dingin lintas ekuator, yang menjadi faktor utama curah hujan ekstrem awal Desember tahun ini, termasuk yang menjadi salah satu penyebab cuaca ekstrem malam tahun baru 2020, kini terblokir atau terhambat. Terhambatnya seruak dingin lintas ekuator, disebabkan munculnya bibit-bibit siklon yang terjadi di perairan Laut China Selatan. Bahkan, terjadi badai tropis kabut di perairan tersebut. Hal itulah yang menjadi faktor penghambat lajunya seruak dingin.

“Terjadi pelemahan seruak dingin dan monsun Asia yang sebelumnya dikhawatirkan akan memicu terjadinya cuaca ekstrem menjelang pergantian tahun. Berdasarkan dinamika terkini, tren cuaca ekstrem pada periode pergantian tahun 31 Desember 2024–1 Januari 2024 mengalami penurunan,” lanjut Dwikorita.

Selain itu, posisi MJO yang sebelumnya tertahan di wilayah Indonesia dan memicu pertumbuhan awan-awan hujan, kini juga telah bergeser ke Samudera Pasifik. Sehingga ini juga mengurangi potensi cuaca ekstrem yang ada di Indonesia.

Namun, Dwikorita juga menggarisbawahi, meski terjadi penurunan tren cuaca ekstrem pada malam tahun baru 2025 ia juga mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah untuk bersiaga. Hal itu dikarenakan cuaca saat ini semakin kompleks dan semakin tidak menentu. Salah satunya, karena perubahan iklim yang terjadi.

“Meski berdasar monitor dan analisa terakhir BMKG cuaca semakin kondusif dan aman dari kondisi ekstrem, namun kami tetap mengmbau masyarakat untuk tetap terus memonitor perkembangan info cuaca terutama apabila saat berada di luar ruangan.”

Setelah seminggu pertama Januari, kata Dwikorita, masih ada kemungkinan kembali meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia. Ini terjadi karena puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia terjadi pada periode Januari dan Februari.

Pada malam tahun baru 2025, di sebagian wilayah di Indonesia pun diperkirakan akan mengalami hujan ringan hingga hujan sedang. Di antaranya di wilayah Sumatra: Pekanbaru, Batam, Jambi, Palembang, dan Pangkalpinang. Wilayah Jawa: Serang, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Wilayah Bali dan NTT: Mataram, wilayah Sulawesi: Gorontalo, Mamuju, Makassar, dan Kendari. Serta wilayah Maluku dan Papua: Ambon dan Merauke.

Modifikasi Cuaca di 4 Provinsi

BMKG pun sebelumnya telah menjalankan operasi modifikasi cuaca yang dilakukan di empat wilayah di Indonesia. Keempat wilayah tersebut adalah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Modifikasi cuaca telah dilakukan sejak 7 Desember dan secara berkala akan tuntas pada 31 Desember.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menjelaskan, setiap harinya dilakukan penyemaian yang bertujuan untuk menghancurkan awan-awan yang baru tumbuh, yang mengakibatkan curah hujan tinggi. Modifikasi dilakukan sebagai upaya mitigasi pencegahan banjir yang signifikan.

“Kami tidak melakukan upaya yang sangat masif, sehingga tidak ada hujan sama sekali. Operasi modifikasi cuaca yang kami lakukan berfokus pada awan-awan yang berpotensi mengakibatkan curah hujan lebat, sehingga tidak terjadi banjir besar di keempat provinsi tersebut,” jelas Seto, yang juga menyebut melalui modifikasi cuaca yang dilakukan, Seto mengungkapkan telah mengurangi curah hujan sekitar 30%.

Kini, dengan observasi BMKG yang menyimpulkan tidak akan ada cuaca ekstrem pada malam tahun baru di wilayah Jabodetabek karena faktor-faktor pemicunya telah melemah, bukan berarti tidak menjadi kewaspadaan tinggi bagi provinsi lain. Secara khusus Dwikorita menyoroti wilayah Jawa Timur dan Kalimantan.

Gelombang atmosfer hingga bibit-bibit siklon tetap akan memberikan pengaruh pada wilayah tersebut. Diprediksi, Jawa Timur serta wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur masih akan dilanda curah hujan lebat.

“Itu prediksi kami, masih bisa terjadi (hujan lebat). Namun, secara umum lebih kondusif. Karena seruak dingin, secara indeksnya kini turun menjadi ke angka 2. Dengan parameter jika sudah melampaui angka 10, itu tinggi. Semoga tidak terjadi banjir seperti pada tahun baru 2020,” tambah Dwikorita.

Namun, banjir yang lain seperti akibat Borneo vortex—fenomena atmosfer berupa pusaran angin yang terjadi di atas perairan Indonesia akibat dorongan angin pasat tenggara ke utara yang berinteraksi dengan topografi Pulau Kalimantan, atau karena kondisi geografis wilayah, bisa menyebabkan banjir.

“Seperti di Kalimantan Barat, ada pertemuan dua sungai, itu perlu diwaspadai dengan kondisi curah hujan meningkat. Di Jawa Timur, kami juga mengkhawatirkan masih akan ada banjir bandang dan longsor, masih perlu diwaspadai. Bukan lagi di Jabodetabek,” tutup Dwikorita. (Z-9)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya