Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Musik tanpa Batas Negara

***
13/10/2016 07:50
Musik tanpa Batas Negara
(DOK RAS MUHAMAD)

SEPERTI diplomat yang sibuk, begitulah Ras Muhamad. Tahun ini saja ia telah manggung di Jamaika, berbagai kota di Amerika Serikat, Jerman, Italia, Polandia, Hongaria, Slovakia, dan kemudian lanjut ke berbagai kota di Indonesia. Kini, pria bernama asli Muhamad Egar itu masih sibuk manggung di Yogyakarta. Dikatakan mirip diplomat karena dalam penampilannya, Ras menebarkan pesan-pesan perdamaian, perjuangan, optimisme, dan tentunya juga budaya Indonesia.

Seperti dalam lagu A Letter to Mamma yang dinyanyikannya di Uprising Festival di Bratislava, Slovakia; 'Melangkah, bekerja demi Republik/semangat kau beri dan terus kau mengabdi/waktu kau korbankan dan api dikobarkan/kau teruskan warisan yang ditinggalkan eyang/...'. Memang di banyak lagunya, Ras tidak meninggalkan bahasa Indonesia. Bahkan seperti di lagu Salam dari album Salam (2014), ia juga menggabungkan bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Jawa, hingga bahasa Batak.

Di lagu-lagu lainnya terlihat pula ia luwes menulis lirik dalam bahasa Jamaican Patois. Pria yang pada Oktober ini berulang tahun ke-34 itu mengaku memang ingin menjangkau berbagai kalangan di dunia. "Memang bagi saya, musik itu tidak harus dinikmati untuk bebeberapa kalangan saja, baik itu di satu negara saja. Karena bagi saya, musik merupakan apresiasi bagi seluruh masyarakat di dunia yang ingin menikmatinya," kata Ras melalui surel kepada Media Indonesia, Jumat (7/10).

Pemahaman Ras soal universalitas musik tampaknya terbentuk dari pengalaman hidupnya di berbagai negara. Hijrah ke Amerika Serikat (AS) pada usia 11 tahun, Ras kemudian juga senang berpetualang ke berbagai negara, termasuk ke Ethiopia dan Jamaika setelah menjadi musisi. Di sisi lain, kecintaannya pada reggae makin tumbuh seiring waktu. Ras mulai terpapar musik asal Jamaika itu sejak masa-masa awal tinggal di AS. Kala itu Ras terpapar karya-karya Buju Banton, Teror Fabolous, dan Shabba Ranks.

Mereka merupakan artis Dancehall yang merupakan subgenre reggae di era 80-an. Empat tahun kemudian, bersama dengan band rock-nya, Ras sudah membawakan musik reggae yang bercampur dengan genre hiphop dan hardcore saat manggung di bar di New York. Anak pasangan Rivai dan diplomat Wening Estipobo itu kemudian makin fokus mendalami reggae dan berkuliah di Borough of Manhattan Community College di Brooklyn. "Ketika di college, saya mendalami bidang liberal arts dan mulai mengenal serta mencintai musik reggae," ujarnya.

Panggilan hati
Ras merasa pilihannya pada reggae sesuai dengan panggilan hatinya. "Sepertinya musik reggae yang memilih saya, saya hanya menjawab panggilan hati saya karena saya datang dari latar belakang musik yang cukup luas mulai dari musik pop, tradisional, world music, hiphop, metal dan lainnya. Namun, jiwa saya di musik reggae karena sesuai apa yang hati inginkan dari pesan, vokalisasi, bereksperimen, dan berekspresi. Expression, experience, experiment. Itu arti reggae bagi saya," tuturnya.

Keseriusannya bereksperimen, berekspresi, dan menggali pengalaman itu bisa dilihat pula dari kolaborasi yang dilakukan bersama musisi reggae dunia. Album Next Chapter yang dirilis pada 2009 merupakan kolaborasi dengan sederet musisi, yakni Admiral P dari Norwegia, KaSimba dari Kenya, dan King Lhota dari Senegal. Sementara dalam single Learn and Grow yang belum lama dirilis, Ras berkolaborasi dengan musikus Jerman, Sara Lugo.

Ras yang sering disebut 'Duta Reggae Indonesia', juga rajin melebarkan sayap lewat festival di berbagai negara. Sederet festival yang baru-baru ini diikutinya ialah Sierra Nevada World Music Festival (California), Reggaecamp (Hongaria), Reggaejam (Jerman), Sunrise Reggae und Ska Festival (Jerman), One Love Festival (Italia), Ostroda Poland Reggae Festival (Polandia), Sziget Festival (Hongaria), dan Brastilava Uprising Festival (Slovakia).

Meski namanya sudah tenar di kalangan musisi Tanah Air hingga dunia, Ras menolak disebut go international. Sebabnya, menurut Ras, musik memang tidak dapat dipeta-petakan berdasarkan negara. "Saya tidak pernah punya niat untuk go international karena saya tidak suka dengan perkataan klise. Saya sadar hidup di bumi, saya bagian dari bumi, jadi saya tidak membatasi karya-karya saya hanya untuk sebatas orang Indonesia saja," jelasnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya