Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Stres pada Ibu Kurangi Produksi ASI

(Pro/H-3)
21/9/2016 02:10
Stres pada Ibu Kurangi Produksi ASI
(THINKSTOCK)

JUMLAH air susu ibu (ASI) yang dikeluarkan ibu menyusui berbeda pada setiap orang. Berbagai kondisi dapat menjadi penyebab minimnya jumlah ASI yang dihasilkan setiap hari. Salah satunya ialah stres atau kondisi emosi penuh tekanan. “Kadang ASI jadi seret kena imbas karena stres. Ketika mengalami tekanan atau stres, tubuh akan memproduksi hormon kortisol yang dapat membuat produksi ASI menjadi tidak lancar,” ungkap psikolog Anna Surti Ariani, dalam diskusi bertajuk #MamaPastiBisa, Dukung Menyusui untuk Awal yang digelar Lactamil, Minggu (18/09), di Jakarta. Anna mengatakan tidak jarang ibu menyusui mengeluhkan menurunnya produksi ASI ketika tengah sibuk atau dalam kondisi yang tidak tenang. Umumnya, hal tersebut terjadi pada ibu pekerja yang harus menyimpan cadangan ASI perah setiap hari. “Stres itu akan terasa dampaknya ketika memerah ASI dengan tidak fokus atau dalam keadaan tergesa-gesa. Agar tidak terlalu besar pengaruhnya, biasakan memerah ASI sebelum memulai aktivitas setiap harinya,” ungkap Anna.

Dukungan dari lingkungan sekitar seperti suami, keluarga, teman-teman, hingga rekan di tempat kerja yang diberikan secara terus-menerus dikatakan Anna juga berpengaruh besar pada masa menyusui. Berbagai penelitian membuktikan, kurangnya dukungan terhadap ibu bisa melemahkan usaha menyusui, sehingga ibu rentan gagal. “Dukungan kepada ibu bisa diterjemahkan dalam banyak aksi seperti membantu mengurus bayi dan mengerjakan tugas rumah tangga. Dukungan juga dapat diberikan dengan mendengarkan keluh kesah dan meyakinkan ibu bahwa dia adalah ibu yang baik untuk bayinya sehingga lebih semangat dalam menyusui si Kecil. Selain dukungan moral, ibu juga berhak menerima dukungan dalam bentuk nutrisi yang tepat,” ungkap Anna. Selain itu, untuk mempermudah proses menyusui, ibu juga diharapkan secara bertahap mempelajari sifat bayi. Selama ini, umumnya ibu akan segera memberikan ASI ketika sang anak menangis. Padahal, menangis pada bayi tidak melulu sebagai tanda haus, lapar, atau menginginkan ASI. “Ada banyak makna anak menangis, kadang-kadang karena hanya ingin digendong, bisa juga karena ingin diajak keluar, atau memang benar-benar karena lapar,” ujar Anna.

Selain itu, dijelaskan Anna, bayi juga cenderung rewel, terus-menerus menangis, bila dirinya menangkap keadaan khawatir yang dialami ibu. Oleh karena itu, ketenangan ibu menjadi modal utama dalam merawat bayi. “Perkembangan kognitif bayi memang masih bertumbuh seiring pertambahan usia, tapi secara emosional dia sudah tahu bahwa mamanya tidak nyaman sehingga dia ikutan rewel,” tutur Anna. Manfaat ASI bagi anak dapat dirasakan hingga jangka panjang, seperti mengurangi risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular saat dewasa. Adapun untuk Ibu, ASI memiliki banyak manfaat seperti mengurangi risiko stres, osteoporosis, dan obesitas. (Pro/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya