Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Difteri Serang Beberapa Kota di Indonesia

21/2/2015 00:00
Difteri Serang Beberapa Kota di Indonesia
(www.realcaos.com)
PEMERINTAH Kota Padang menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) penyakit difteri. Lima orang menjadi korban penyakit itu, satu di antaranya meninggal. Meski ditemukan kasus difteri di Aceh, Dinas Kesehatan Aceh belum menetapkan status KLB.

Difteri tidak hanya menyerang saluran pernapasan, tetapi juga dapat menyerang jantung dan saraf penderita.

Penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae ini memproduksi racun dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada tubuh.

Tanda spesifik dan gejala difteri tergantung pada lokasi tubuh yang terinfeksi. Pada beberapa kasus, infeksi difteri menyerang kulit dan saluran pernapasan.

Jika menyerang saluran pernapasan, penderita akan mengalami demam, lesu, kelenjar getah benih di bagian depan leher membesar, jaringan lunak di bagian leher membengkak, dan denyut jantung meningkat.

Sementara itu, jika menyerang kulit, penderita akan mengalami kondisi yang hampir sama seperti menderita penyakit kulit lainnya seperti eksim, meskipun dapat menghasilkan luka (borok).

Tak hanya itu, sejumlah membran mukosa lainnya juga dapat terinfeksi difteri- termasuk konjungtiva pada mata dan saluran telinga luar.

Pada beberapa kasus lainnya, racun difteri dapat merusak jaringan vital tubuh, seperti jantung dan saraf. Pada jantung, penyakit ini bisa menyebabkan miokarditis-- peradangan otot jantung--dan bisa berkembang menjadi gagal jantung. Masalah jantung ini biasanya muncul 10-14 hari sejak tubuh terinfeksi bakteri.

Pada saraf, difteri menyebabkan neuritis atau peradangan yang mengakibatkan kerusakan saraf kranial dan perifer. Kondisi ini biasanya terjadi setelah penderita mengalami infeksi pernapasan yang berat.

Secara epidemiologis, diketahui bahwa sumber penyakit difteri atau disebut juga reservoir adalah manusia. Menurut data di negara endemis difteri 3%-5% individu sehat mengandung bakteri difteri di tenggorokan mereka.

Penyakit difteri banyak menyerang kelompok umur anak-anak. Sementara menurut data CDC's National Notifiable Diseases Surveillance System, mayoritas kasus difteri (77%) berusia antara 15 tahun atau lebih tua, 4 dari 5 kematian terjadi pada anak yang tidak divaksinasi. Namun, setelah dilakukannya program imunisasi kasus difteri pada anak-anak menurun secara drastis. Bahkan pada saat ini difteri telah bergeser pada populasi remaja dan dewasa.

Menurut laporan UNICEF, di Indonesia terjadi kematian bayi setiap 3 menit. Salah satu penyebab kematian tersebut disebabkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Secara akumulatif setiap tahun terjadi kematian anak akibat reemerging desease yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri dan tetanus. Berdasarkan data memperlihatkan bahwa kasus difteri paling banyak terjadi pada anak yang tidak divaksinasi atau vaksinasi tidak lengkap.

Penyebab penyebaran:
- Faktor host yang mempengaruhi kejadian penyakit pada umumnya adalah umur, jenis kelamin, status imunisasi, status gizi dan staus sosial ekonomi, juga perilaku.

- Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian difteri antara lain meliputi tingkat kepadatan hunian rumah, sanitasi rumah, serta faktor pencahayaan dan ventilasi.

Prosedur Penanganan Penderita dan Penanganan Wabah Difteri:

- Setiap ada kasus diduga difteri harus segera dilaporkan kepada petugas kesehatan setempat.

- Dilakukan isolasi ketat terhadap penderita difteri faringeal.

- Dilakukan desinfeksi serentak terhadap semua barang yang dipakai oleh/untuk penderita dan terhadap barang yang tercemar dengan discharge penderita.

- Dilakukan tindakan karantina terhadap orang dewasa yang dinyatakan karier.

- Melakukan manajemen kontak, semua kontak dengan penderita harus diteliti dan harus diawasi selama 7 hari.

- Dilakukan penyelidikan epidemiologi yang bertujuan untuk menegakan diagnosis, memastikan terjadi KLB atau tidak.

- Melakukan pengobatan spesifik: Jika diduga kuat bahwa seseorang menderita difteri didasarkan kepada gejala klinis maka antibodi ADS 40.000 unit IM atau IV harus diberikan setelah sampel untuk pemeriksaan bakteriologis diambil tanpa harus menunggu hasil pemeriksaan bakteriologis tersebut.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik