(THINKSTOCK)
Beragam kebiasaan yang terkesan sepele ternyata dapat merusak gigi anak. Orangtua perlu memahami untuk kemudian mencegah atau menghentikan kebiasaan tersebut, mengingat kesehatan gigi dan mulut anak-anak sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang mereka secara keseluruhan. Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia Cabang Jakarta drg Eva Fauziah SpKGA mengungkapkan, setidaknya ada tujuh kebiasaan buruk si kecil yang dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulutnya. Pertama, kebiasaan minum susu dengan menggunakan botol dot di malam hari hingga menjelang tidur. "Bila tidak dibasuh dengan air putih atau dibersihkan, kebiasaan tersebut dapat membuat gigi berlubang dengan pola khas pada mulut anak," ujarnya dalam acara Media Briefing Pepsodent-Preliminary Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2016, di Jakarta, Selasa (6/9). Ia menjelaskan, ketika anak tertidur dengan mengedot susu botol, akan terjadi genangan susu di mulutnya. Jika kondisi tersebut terjadi berulang dalam jangka lama, bisa memicu terjadinya karies. Gigi anak menjadi berlubang.
"Karies terjadi karena aktivitas mikroba dalam mulut yang memfermentasi zat gula dalam susu," ujar dokter spesialis kedokteran gigi anak dari Universitas Indonesia itu. Karena itu, ia menyarankan agar setelah anak berusia satu tahun, orangtua menghentikan kebiasaan memberikan susu menggunakan dot ketika hendak tidur. "Memberi minum air putih setelah anak minum susu juga penting untuk membilas gigi dan mulut," imbuhnya. Kebiasaan buruk kedua, kata Eva melanjutkan, ialah mengemil makanan manis dan minum minuman berkadar gula tinggi seperti minuman bersoda. "Frekuensi mengemil yang sering dapat menyebabkan derajat keasaman (pH) di dalam rongga mulut turun dan lapisan email yang merupakan pelindung gigi mudah rusak karenanya. Akibatnya, gigi pun rentan berlubang." Ketiga, sambung Eva, kebiasaan mengemut makanan dapat memicu terjadinya gigi berlubang sebab saat mulut tertutup, produksi saliva (ludah) berkurang. Hal itu mempermudah proses fermentasi karbohidrat dalam makanan yang berada dalam rongga mulut oleh bakteri menjadi zat asam. Zat asam tersebut akan merusak email. Kebiasaan buruk berikutnya ialah mengisap ibu jari dan empeng. Memang, kebiasaan tersebut sering dilakukan anak karena memberi kenyamanan pada mereka. Namun, kebiasaan itu dapat memengaruhi bentuk rahang, menyebabkan gigi tumbuh tidak beraturan yang selanjutnya dapat mengganggu fungsi mengunyah makanan. Selanjutnya, kebiasaan menggigit kuku, pensil, es batu, atau benda keras lainnya dapat menyebabkan gigi trauma atau mengalami fraktur. Bakteri di pensil atau kuku yang kotor juga dapat masuk ke tubuh anak dan menyebabkan infeksi atau gangguan pencernaan.
Tidak menyikat gigi dengan cara, frekuensi, dan waktu yang dianjurkan menjadi kebiasaan yang jelas akan menimbulkan gangguan pada gigi anak. Eva menjelaskan, menyikat gigi secara benar dilakukan dua kali sehari, yakni pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, dapat mengurangi risiko gigi berlubang sebanyak 50%. "Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan 93,8% masyarakat Indonesia sudah menyikat gigi dua kali sehari, tapi 77,1%-nya tidak menyikat gigi di waktu yang dianjurkan. Ini harus diperbaiki." Kebiasaan buruk ketujuh, sambung Eva, ialah tidak berkunjung ke dokter gigi secara rutin. Survei Nasional kerja sama Pepsodent, PDGI, dan IPKESGIMI 2015-2016 menunjukkan 60,4% masyarakat Indonesia baru mengunjungi dokter gigi ketika sudah mengalami masalah. "Sebagian besar orangtua baru akan mengajak anak berkunjung ke dokter gigi saat anak sudah memiliki masalah pada gigi dan mulut. Padahal, hal itu dapat menyebabkan anak trauma untuk datang ke dokter gigi kembali karena takut dengan tindakan-tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut." Eva mengingatkan, orang dewasa dianjurkan ke dokter gigi minimal dua kali dalam setahun. Untuk anak-anak dianjurkan minimal tiga kali dalam setahun. "Jadi, empat bulan sekali. Tujuannya, antara lain untuk mendeteksi dini gangguan pada gigi dan mulut yang mungkin tidak terpantau orangtua," terang Eva. Ia menambahkan, gangguan gigi dan mulut pada anak berdampak buruk pada tumbuh kembangnya. "Kalau gigi berlubang, sakit, anak akan malas makan. Kecukupan nutrisinya akan terganggu. Karena itulah, orangtua wajib menjaga kesehatan gigi anak," pesannya.
Kesehatan gigi
Pada kesempatan sama, Head of Professional Relationship Oral Care, PT Unilever Indonesia Tbk, drg Ratu Mirah Afifah, menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) yang menjadi agenda tahunan Pepsodent. BKGN tahun ini mengambil tema Kenali 7 kebiasaan buruk si kecil untuk cegah masalah gigi dan mulut. "Melalui BKGN 2016, kami ingin mengingatkan pentingnya peran orangtua, terutama ibu untuk mengenal dan mengetahui bagaimana cara mencegah kebiasaan yang berakibat buruk pada kondisi kesehatan gigi dan mulut anak," ujar Mirah. BKGN hadir di 21 rumah sakit gigi dan mulut serta 30 Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) tingkat kota/kabupaten di Indonesia, mulai dari 19 September hingga 28 November 2016. Dalam BKGN, masyarakat dapat memperoleh edukasi, juga konsultasi dan layanan medis gratis. "Seperti, penambalan sederhana yang tidak melibatkan perawatan saraf gigi, pencabutan tanpa komplikasi gigi sulung atau gigi tetap, pembersihan karang gigi, dan perawatan pencegahan gigi berlubang dengan aplikasi fluoride atau fissure sealant." (H-1)