Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
KEDUTAAN Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura memastikan warga negara Indonesia (WNI) yang positif terjangkit virus zika dinyatakan sudah sembuh dan kembali bekerja. Duta Besar RI untuk Singapura Ngurah Swajaya kemarin mengatakan WNI yang bekerja sebagai penata laksana rumah tangga di Singapura itu sebelumnya mengalami gejala ringan, sudah ditangani pihak rumah sakit di sana, dan dinyatakan pulih.
KBRI di Singapura juga menegaskan akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Singapura untuk memonitor perkembangan apa pun terkait dengan zika. “Kita terus mengimbau masyarakat Indonesia yang ada di Singapura untuk meningkatkan kewaspadaan serta segera ke dokter bila menemukan gejala terserang zika,” ujar Swajaya.
Di Singapura, daerah yang banyak ditemukan kasus zika di antaranya Aljunied Crescent/Sims Drive, Khatib Camp, Sembawang Drive, Kranji Road, Joo Chiat Place, Senoko South Road, Toh Guan East Lor 101, Changi, dan Bedok North Avenue.
Gejala terserang virus zika antara lain demam, kulit berbintik merah, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, cepat lelah, dan peradangan konjungtiva (di daerah mata). KBRI Singapura juga telah menyiapkan hotline 24 jam (+65 9295 3964) sekiranya ada warga Indonesia di Singapura positif terkena penyakit virus zika dan membutuhkan bantuan kekonsuleran dari KBRI.
Pemeriksaan optimal dilakukan di pintu-pintu masuk dalam negeri. Bandara Adisutjipto Yogyakarta, misalnya, memberlakukan pemeriksaan khusus terhadap penumpang dari Singapura. Hal yang sama dilakukan di Bandara Juanda Surabaya.
Perhatian khusus juga dilakukan Kementerian Kesehatan. “Travel advisory telah resmi diberlakukan. Kita juga terus berkomunikasi dengan Kemenlu,” ujar Menkes Nila F Moeloek di Jakarta, kemarin. Ditegaskan, sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan kasus positif zika. Satu kasus yang pernah ditemukan di Jambi, ujarnya, Dijelaskan pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia sudah dilakukan di Yogyakarta, Sleman, dan Bantul pada 2014. Bahkan, pada awal 2006, WHO merekomendasikan perluasan penelitian penggunaan Wolbhacia untuk menangani penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes seperti demam berdarah dengue. (Tim Media/H-1
Wolbachia
Tim independen yang dibentuk Kemenristek-Dikti berhasil membuktikan Aedes aegypti ber-Wolbachia (genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda) mampu menghambat penularan virus zika kepada manusia. Ketua Tim Kajian Analisis Risiko Damayanti Buchori mengatakan ada tiga virus yang penularannya dapat dihambat nyamuk itu, yaitu zika, dengue, dan cikungunya. Namun, Wolbhacia memang tidak terdapat dalam nyamuk Aedes aegypti, tetapi ada di serangga.
Meski keduanya telah berevolusi menjadi satu kesatuan, Wolbhacia ialah bakteri alami yang terdapat di 60% jenis serangga termasuk kupu-kupu, lebah, dan lalat buah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved