Ihram Cadangan bagi Jemaah Lansia Tersedia di Bandara Jeddah

PANITIA Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Bandara menyiapkan ihram pengganti bagi jemaah, terutama lanjut usia (lansia), yang baru mendarat di Jeddah.

Hal itu untuk mengantisipasi jemaah haji lansia tidak mampu mengontrol hajat buang air, termasuk saat di pesawat. Padahal jemaah haji gelombang kedua sudah memakai ihram sejak embarkasi keberangkatan. 

"Banyak jemaah kita yang sakit, yang tua, buang air di pakaian ihramnya, atau tidak pakai sandal. Itu jumlahnya tidak sedikit, banyak," kata Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daker Bandara, Khairun Naim, kepada tim Media Center Haji, Minggu (11/6). 

Baca juga: Kursi Roda Minim, Petugas di Nabawi Kewalahan Beri Pelayana

Khairun mengatakan banyak terjadi ketika mendarat di Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah, ihram jemaah sudah ternoda air seni bahkan fesesnya sendiri. 

"Alhamdulillah di daker bandara sudah disiapkan kain ihram, itu kita ganti di sini," imbuh dia.

Baca juga: Siap-Siap, Tidak Ada Layanan Katering Haji 5 Hari di Mekah

Bagi jemaah sakit atau lansia yang ihramnya terkena hadas kecil maupun besar karena uzur syar'i, tim bimbad bandara siap mendampingi untuk bersuci dan mengulang niatnya. 

"Itu bagian dari uzur syar'i. Jadi bagi mereka, baik yang sudah niat di atas pesawat atau belum untuk memastikan niatnya sudah benar dan ihramnya sudah suci, setiba di bandara Jeddah kami ingatkan untuk bersuci kembali lalu kami pandu untuk melafazkan ulang niat ihramnya," sebut Khairun.

Untuk meringankan, jemaah yang mengalami masalah buang air diperbolehkan memakai pakaian dalam berupa popok, tanpa harus membayar dam (denda). 

Di sisi lain,  jemaah haji Indonesia gelombang dua kembai diingatkan agar mengenakan pakaian ihram sejak di embarkasi Tanah Air. Itu agar jemaah haji tidak melanggar larangan ihram.

Nyatanya,  masih banyak jemaah haji laki-laki yang memakai pakaian berjahit setiba di Bandara KAA. Ada juga yang sudah mengenakan ihram tapi masih memakai jaket atau baju batik, bahkan celana. Padahal sebagian jemaah mengaku sudah niat ihram di atas pesawat saat melintasi wilayah Yalamlam.

Dalam kaitan itu, Khairun mengingatkan bahwa jemaah yang sudah benar-benar niat ihram di atas pesawat tapi masih memakai pakaian berjahit wajib membayar dam.

"Kalau dia di atas sudah niat umrah, jelas niat bukan ikut-ikutan, tentu kena dam. Sudah jelas itu melanggar larangan ihram," ujarnya.

Jemaah haji Indonesia yang masuk Mekah melalui Jeddah memiliki dua opsi miqat makani (batas tempat dimulainya ihram umrah), yakni di Yalamlam dan Bandara KAA. Nantinya mereka akan langsung melakukan ibadah umrah haji atau umrah wajib setibanya di Tanah Suci.

"Tapi kan jemaah kita ini enggak semua ngerti agama, banyak yang ikut-ikut (niat). Jadi husnudzonnya karena itu kebanyakan lansia, ngakunya udah niat di atas tapi dia masih pakai peci, jaket, kaos kaki. 'Kok dipakai Pak, sudah niat?' 'Dingin'. Gitu kan. Artinya beliau ini tidak ngerti, enggak paham," ucap Khairun.

"Nah di sini lagi kita ulang (niatnya), kita ingatkan kalau sudah niat ihram itu dilarang pakai pakaian berjahit," sambungnya.

Lebih lanjut, Khairun meminta kerja sama para petugas kloter yang belum berangkat, termasuk pembimbing yang ada di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) agar mengajak seluruh jemaahnya mengenakan pakaian ihram sejak dari embarkasi di Tanah Air. Hal ini untuk memudahkan persiapan ibadah umrah para jemaah.

"Karena kalau sudah tiba di Jeddah, belum tentu ada kesempatan. Kalaupun ada kesempatan belum tentu waktunya lapang, pasti akan diburu-buru. Tapi kalau kita sudah pakai pakaian ihram, nanti kita sampai di Jeddah tinggal sholat dua rokaat kemudian niat. Lebih mudah, lebih praktis, tidak perlu mandi lagi dan sebagainya," pungkas Khairun. (Z-10)