Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
IMLEK menjadi salah satu perayaan tahun baru yang sangat penting dan ditunggu-tunggu setiap tahun bagi masyarakat etnis Tionghoa ataupun keturunan Tionghoa. Perayaan itu sangat meriah dan dirayakan oleh berbagai masyarakat keturunan Tionghoa yang ada di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Biasanya, perayaan Imlek terasa lebih spesial karena mengandung banyak makna yang melekat dalam setiap tradisinya. Tradisi yang dilakukan salah satunya ialah Sam Sip Am Pu (satu hari sebelum perayaan Imlek) hingga Cap Go Meh (hari ke-15 atau penutupan Hari Raya Imlek).
Biasanya, saat Sam Sip Am Pu, masyarakat Tionghoa akan melakukan sembahyang kepada dewa atau dewi penjaga rumah dan pelindung, serta para leluhur mereka. Hal ini bertujuan menjamu mereka dan memohon berkah.
Saat sembahyang, masyarakat Tionghoa akan meletakkan meja besar dan kursi di depan pintu rumah. Di atas meja tersebut akan ada dupa atau hio, lilin merah, kertas tuakim, buah-buahan, ayam rebus, kue, arak, teh, hingga tulisan nama leluhur pada kertas merah.
Nah, setiap anggota keluarga akan mengambil hio dan menyalakan sumbunya, lalu berdoa di depan meja persembahan. Setelah itu, hio akan ditancapkan ke vas pasir dengan tulisan nama leluhur, lalu menunggu sampai semua hio terbakar habis.
Jika sudah habis, mereka akan melanjutkan dengan membakar berbagai perlengkapan sembahyang tersebut pada tempat terbuka, seperti hio, kertas tuakim, hingga tulisan nama leluhur. Mereka percaya bahwa asap dari hasil bakaran tersebut akan mengantarkan semua persembahan mereka kepada leluhur atau dewa yang mereka doakan.
Selain dari kebiasaan itu, masih ada juga tradisi lain. Lantas dari tradisi yang ada, tahukah kamu seperti apa sejarahnya dan kapan Imlek berlangsung? Nah, dari pada penasaran langsung saja kita bahas lewat penjelasan berikut.
Berdasarkan sejarahnya, Hari Raya Imlek awalnya merupakan perayaan oleh para petani di Tiongkok untuk menyambut musim semi dengan bahagia dan penuh syukur. Apalagi, pada saat musim dingin mereka tidak dapat bekerja.
Untuk itulah, perayaan ini juga sering disebut sebagai Xin Jia (Sincia) atau Festival Musim Semi. Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan suatu tahun masih belum jelas. Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou di China.
Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalender Tionghoa sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian). Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun Tionghoa berawal pada bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu Yong Ming yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang. Tujuannya agar perayaan tahun baru bisa sesuai dengan masyarakat Tiongkok yang pada umumnya ialah masyarakat agraris. Pada masa Dinasti Zhou, perayaan tahun baru dilaksanakan pada saat winter solistice atau dongzhi.
Pada masa Dinasti Qing, Kang Youwei (1858-1927), seorang reformis Ruisme, menyarankan agar menggunakan Kongzi era yang dihitung dari tahun kelahiran Kongzi. Sedangkan Liu Shipei (1884-1919) menolak hal itu dan mengusulkan agar tahun kalender Tionghoa dihitung dari tahun kelahiran Huang Di. Yang menjadi suatu masalah ialah kapan Huang Di dilahirkan untuk dijadikan patokan perhitungan penanggalan Huang Di.
Liu Shipei memperkirakan tahun 2711 SM adalah tahun kelahiran Huang Di. Jadi tahun 2008 M adalah tahun 4719 HE. Song Jiaoren (1882-1913) memperkirakan tahun 2697 SM adalah tahun kelahiran Huang Di dan akhirnya banyak orang yang sepakat untuk menerima tahun 2697 SM sebagai awal penanggalan Huang Di. Dari angka inilah sekarang tahun baru Imlek ini bisa disebut tahun baru Imlek 4708 HE. Selain masyarakat luas, penganut Taoisme juga menyebutkan bahwa penanggalan Huang Di adalah tahun yang mereka gunakan dan menyebutnya Daoli atau kalender Tao.
Sebagian besar masyarakat Tionghoa di luar negeri dan penganut Taoisme lebih suka menggunakan penanggalan Huang Di karena Huang Di atau Kaisar Kuning ini dalam sejarah Tiongkok dianggap sebagai bapak bangsa etnis Han atau orang Tionghoa pada umumnya. Para Taois menggunakan penanggalan Huang Di, karena dalam kepercayaan Taoisme, kaisar Kuning ini ialah pembuka ajaran agama Tao.
Alasan inilah yang membuat timbulnya penanggalan Huang Di Era dan penanggalan Dao. Keduanya sama. Hanya istilah penanggalan Dao Era atau Daoli digunakan oleh para Taois.
Dalam Surat Keputusan Bersama 3 Menteri Nomor 3 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023, tahun baru Imlek 2023 akan diperingati pada 22 Januari 2023 yang bertepatan dengan hari Minggu. Jatuhnya tahun baru Imlek 2023 di hari Minggu menambah deretan panjang hari besar yang jatuh di hari Minggu, setelah Natal dan Tahun Baru 2023 yang juga jatuh di hari yang sama.
Umumnya, perayaan Imlek berlangsung selama 15 hari akan ditutup dengan hari Cap Go Meh yang identik dengan kue keranjang dan pertunjukan barongsai. Menyenangkan, bukan? Tanggal Tahun Baru Imlek ditentukan oleh penanggalan Imlek. Tanggalnya berubah setiap tahun tetapi selalu di suatu tempat dalam periode dari 21 Januari hingga 20 Februari.
Setiap tahun Tiongkok dikaitkan dengan tanda-tanda binatang menurut siklus zodiak. Tahun 2023 adalah tahun Kelinci, khususnya Kelinci Air. Lambang Kelinci adalah simbol umur panjang, kedamaian, dan kemakmuran dalam budaya Tionghoa. Tahun 2023 diprediksi menjadi tahun harapan. Tahun Kelinci termasuk tahun 2023, 2011, 1999, 1987, 1975, 1963, 1951, 1939, 1927...
Tahun 2023 adalah tahun Kelinci Air dimulai dari 22 Januari 2023 (Tahun Baru Imlek) dan berakhir pada 9 Februari 2024 (Malam Tahun Baru Imlek). Orang yang lahir pada tahun Kelinci disebut Kelinci dan dianggap waspada, jenaka, menyetir cepat, dan cerdik. Itulah penjelasan tentang sejarah dan penentuan tanggal hari Imlek. Semoga bermanfaat. (OL-14)
Dalam rangka turut memeriahkan momen tahun baru Imlek 2025, PT Bank Negara Indonesia (BNI) menyediakan berbagai penawaran dalam beragam transaksi.
Tahun Baru Imlek adalah salah satu perayaan terbesar yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Ungkapan "Gong Xi Fa Cai" dan "Xin Nian Kuai Le" sering terdengar
Tahun Baru Imlek menjadi salah satu momen istimewa yang dirayakan dengan penuh suka cita. Selain berkumpul dengan keluarga, tradisi seperti belanja baju baru dan saling mengirim hampers
Tahun Baru Imlek adalah saat yang penuh kebahagiaan, kegembiraan, dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik di tahun yang akan datang.
Tokoh masyarakat Tionghoa Kabupaten Belitung, Ayie Gardiansyah berkeyakinan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili atau Tahun Ular Kayu akan membawa keberuntungan.
Makanan khas biasanya diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat setempat.
CAP Go Meh memiliki makna mendalam dalam berbagai tradisi. Salah satu perayaan Cap Go Meh yang meriah berlangsung di Pantjoran Pantai Indah Kapuk (PIK) pada Minggu (16/2).
Tahun Baru Imlek 2576 jadi momentum bagi PT Bank Negara Indonesia (BNI) untuk terus memacu kreativitas, pertumbuhan dan memanfaatkan peluang-peluang baru.
Tema tradisi Imlek pada tahun ini adalah Kebijaksanaan Dalam Keberagaman, Harmoni Dalam Langkah.
Selama libur panjang Isra Miraj dan Tahun Baru Imlek pada 25-29 Januari 2025, kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) melayani 213.895 pengguna.
MEMPERINGATI Tahun Baru Imlek, PT KAI Daerah Operasi (Daop) 5 menggelar atraksi barongsai yang digelar di Stasiun Purwokerto, Jawa Tengah, pada Rabu (29/1).
Tahun ini Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili bertepatan pada Rabu, 29 Januari 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved