Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Banyak orang menjadi serbasalah ketika berdekatan dengan rekan yang memiliki bau badan kurang sedap. Ingin menegur, tetapi ada kekhawatiran si rekan tersebut tersinggung. Tapi kalau dibiarkan, aromanya memicu ketidaknyamanan. Seperti yang dialami aktris Olivia Jensen, 23. Suatu ketika, ia pernah tur ke luar kota bersama rombongan dalam sebuah bus. Kebetulan ia duduk tidak jauh dari seseorang yang bau badannya mengganggu penciumannya. “Kebetulan saya termasuk orang yang memiliki indra penciuman yang sensitif, mudah mencium aroma-aroma. Gara-gara bau badan itu, selama tur aku jadi mual dan pusing. Mau negur, sungkan,” tuturnya pada peluncuran Rexona Antibacterial Defense, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Olivia berpendapat, aroma tubuh, meski terkesan sepele, perlu diperhatikan karena bisa memengaruhi penilaian orang lain. "Seberapa rapi atau menyenangkannya seseorang, kalau ia punya masalah bau badan, pasti image-nya di mata saya akan menjadi kurang baik. Tapi, mengingat etika dan kebiasaan kita sebagai orang Indonesia, saya selalu berpikir dua kali untuk mengingatkan orang tersebut,” imbuhnya.
Sebetulnya, bagaimana aroma tubuh tak sedap bisa muncul? Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin Vinia Ardiani Permata, banyak orang mengira bau badan muncul karena tubuh kita berkeringat. Hal itu tidak sepenuhnya tepat. Ia menjelaskan berkeringat merupakan proses alami tubuh yang memberi banyak manfaat. Antara lain menjaga suhu tubuh tetap normal di tengah cuaca panas. "Masalah bau badan akan muncul ketika keringat tersebut bercampur dengan bakteri di kulit."
Ia mengungkapkan jutaan bakteri tidak berbahaya berdiam di permukaan tubuh kita dan membantu pertahanan alami kulit. Bakteri-bakteri itu bertahan hidup dan berkembang biak terutama di lingkungan yang lembap dan kaya nutrisi, seperti di ketiak kita. "Saat keringat bercampur dengan bakteri-bakteri tersebut, bakteri-bakteri itu akan menguraikan keringat dan memprosesnya dalam sistem metabolisme mereka sehingga menghasilkan produk sampingan berupa keringat berbau dan akhirnya menyebabkan bau badan,” papar Vinia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, lanjut Vinia, kebersihan tubuh harus dijaga. Mandi minimal dua kali sehari untuk menghindari menumpuknya keringat beserta bakteri di ketiak dan area-area tubuh lain. "Penggunaan deodoran yang mengandung antiperspirant (antikeringat) dan bahan antibakteri juga bisa mengatasi masalah tersebut," sarannya. Ia mengingatkan, menjaga area ketiak tetap kering tidaklah cukup. Masalah bau badan bukan disebabkan keringat semata, melainkan akibat bercampurnya keringat dengan bakteri penyebab bau badan.
Ganggu sosialisasi
Pada kesempatan sama Senior Brand Manager of Rexona PT Unilever Indonesia Tbk, Diko Handono, menuturkan masalah bau badan jelas memengaruhi kepercayaan diri saat berinteraksi dengan orang lain. Namun, harus disadari juga bahwa bau badan bukanlah sebatas masalah personal. Apabila tidak ditangani dengan saksama, masalah tersebut juga berpotensi mengganggu kenyamanan orang-orang di sekitar kita. "Faktanya, kebanyakan orang memilih untuk menghindar dan enggan mengingatkan orang lain yang memiliki masalah bau badan karena takut menyinggung perasaan atau merusak hubungan sosial," ujarnya. Sebuah survei yang dilakukan Rexona, lanjutnya, menunjukkan 9 dari 10 orang memilih untuk diam atau tidak akan memberi tahu bahwa seseorang memiliki bau badan. "Artinya bau badan adalah suatu masalah yang harus kita cegah agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain dan mengganggu kehidupan bersosialisasi." (*/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved