Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar meminta seluruh kepala desa memprioritaskan pengembangan potensi dan keunikan desa. Namun, tidak latah membangun desa wisata.
Dengan mengembangkan potensi desa, maka pembangunannya bisa dimanfaatkan jangka panjang atau bersifat terus menerus dan menjadi ciri khas yang tidak hanya mengikuti tren.
"Jangan latah membangun desa wisata dan akhirnya semua pabrikan. Ini tidak akan pernah bertahan kalau dengan cara begitu," ujar pria yang akrab disapa Gus Halim saat peluncuran Program Pemuliaan Air di Ubud, Bali, Selasa (12/7).
Mendes PDTT menambahkan, sektor wisata menjadi salah satu bidang yang banyak dipilih dalam membangun desa dengan beberapa hal yang menjanjikan salah satunya berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, dalam pengembangan desa wisata dibutuhkan pondasi yang kuat dan banyak inovasi untuk terus membuatnya menarik. “Setiap desa harus memiliki ciri khas tertentu sehingga pariwisata yang dikembangkan bisa bersifat terus menerus dan tidak bisa ditiru,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Ari Dwipayana mengaku masih memiliki banyak pekerjaan rumah (PR). Ia berpandangan desa wisata bukan hanya status administratif. Tapi harus memunculkan kreatifitas dan inovasi. "Roh desa wisata itu adalah inovasi, di mana kita mampu mengelolanya dan mengemasnya, mengembangkan story telling-nya dan terbuka untuk belajar," sebutnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Herliani Tanoesoedibjo juga mengimbau agar tiap desa mencari keunikan yang bisa menjadi daya tarik. "Harus dicari keunikan desa masing masing dan dikembangkan bersama. Paling penting pada akhirnya desa wisata itu menjadi mandiri khususnya secara ekonomi yang bisa menjadi nilai tambah," tuturnya. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved