Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Jumatan

Soleh Solihun
29/6/2015 00:00
Jumatan
(MI/ATET DWI PRAMADIA)
RAMADAN disebut juga sebagai bulan ujian. Kalau urusan menahan lapar dan dahaga, rasanya setiap orang yang sudah dewasa bisa mudah saja melewatinya. Namun, kedewasaan dalam urusan keimanan, saya mesti banyak belajar lagi.

Bayangkan mau masuk masjid saja, saya suka waswas dengan sandal saya. Biar sandal jepit biasa, kalau dibandingkan dengan sandal butut lain, rasanya masih bisa bersaing. Aman enggak ya, saya tinggal jumatan? Apalagi segala macam alas kaki tergeletak tak beraturan, saling timpa, saling tindih.

Kalau tidak hilang, minimal jadi kotor lantaran diinjak-injak oleh para jemaah salat Jumat yang lalu lalang. Mau disimpan di tempat penitipan takut rugi lantaran mesti memberi infak, lagian malu juga sandal biasa begini pakai dititipkan segala.

Kalau tidak ada sudut tersembunyi untuk menyimpan sandal, terpaksa deh terima saja nasib kaum yang beriman. Mau masuk masjid saja, banyak ujiannya.

Selesai urusan sandal, kemudian saya masuk ke tempat wudu. Kamar kecilnya cukup kotor dan bau. Sepertinya, banyak orang yang tak pernah menyiram.

Ini juga, segala keset kumal dan basah, bukannya dibuang atau dicuci dan dijemur dengan rapi eh malah disampirkan di tembok pembatas.

Saya yang tadinya niat untuk berwudu alias bersuci jadi tidak yakin bisa membersihkan diri dari hadas alias kotor kecil. Terpaksa saya pakai air sebanyak-banyaknya, sampai luber ke mana-mana deh.

Lantas masuk ke masjid, khotbah Jumat sudah dimulai. Biasa, namanya juga orang sibuk, enggak afdol dong kalau jumatannya tidak bertelat-telat berangkatnya.

Mau duduk di mana, ya? Bagian belakang yang bisa sambil senderan sudah penuh. Padahal, itu posisi kesukaan saya. Bisa santai, bersender sambil selonjoran kaki. Mau selama apa pun khotbahnya, selama bisa senderan, rasanya hati saya merasa jadi tenang.

Di bagian depan mah tempat para orangtua, di saf tengah mungkin masih ada tempat kali ya. Harusnya sih masih bisa ada tempat duduk, tapi karena yang duduk tidak rapi, jadinya harus membungkuk-bungkuk untuk mencari posisi.

Ini juga, jemaah di samping kiri malah tiduran, bikin ngantuknya menular ke saya. Mau ikut tidur, tapi sayang, posisi tidak sedang bersender. Kalau memaksakan tidur sambil membungkuk, pulang jumatan malah sakit punggung.

Jemaah di sebelah kanan malah lebih parah, dia justru asyik membersihkan kuku jari kakinya. Dikorek, terus diciumkan ke hidungnya. Memang sih, saya juga kadang suka begitu, tapi kalau melihat orang lain melakukannya ya tetap saja jijik.

Jadi umat yang beriman memang banyak sekali ujiannya. Di masjid yang rumah Allah saja, saya begitu sibuk dengan kepentingan saya sendiri. Lupa bahwa semua ketidakberesan ini terjadi karena ketidakpedulian saya juga.

Bukannya jadi bagian dari umat yang memakmurkan masjid, saya lebih banyak mencari kesalahan. Astaghfirullahaladzim.(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya