Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Gawai

Soleh Solihun
27/6/2015 00:00
Gawai
()
MENDEKATKAN yang jauh, menjauhkan yang dekat. Begitu istilah yang muncul ketika orang lebih sibuk dengan ponsel masing-masing dan mengabaikan orang-orang di sekitarnya. Namun, fenomena itu lama-lama jadi biasa juga. Saya dulu mencibir mereka yang sibuk sendiri dengan ponselnya. Kini saya juga kadang-kadang, eh sering, melakukannya, sibuk dengan ponsel.

Mau bagaimana lagi, ponsel memang benda sakti yang bisa menyelamatkan saya dari berbagai kesulitan. Kalau sedang ada di tempat umum dan tidak mau diganggu, keluarkan saja ponsel. Ponsel juga bisa menyelamatkan saya ketika ketemu seseorang yang tidak nyambung obrolannya. Ketika kumpul bersama teman atau bahkan keluarga, ponsel juga ambil peran.

Telepon seluler memang jadi teknologi yang sudah kebablasan, yang bahkan tidak ketahuan bakal berhenti di mana nantinya. Dulu mah, punya ponsel yang bisa buat menelepon dan mengirim pesan saja rasanya sudah luar biasa, daripada telepon rumah.

Telepon seluler masa kini bahkan bisa memberi petunjuk menuju rumah yang sama sekali belum pernah saya datangi. Namanya juga smartphone alias ponsel pintar, urusan rute perjalanan mah, soal kecil.

Pertanyaan-pertanyaan besar seperti urusan surga dan neraka saja bisa ditemukan jawabannya di smartphone.

Ada aplikasi pengingat waktu salat lengkap dengan suara azan, plus petunjuk arah kiblat. Ada juga Alquran disertai terjemahan, kajian lengkap, dan petunjuk tajwid untuk membaca dengan tartil. Kajian keislaman juga banyak, mulai tanya ustaz, cara menghitung zakat, sampai bimbingan Ramadan.

Telepon seluler pintar kelihatan luar biasa bermanfaat dan menunjang keislaman saya bukan? Harusnya sih saya jadi lebih berilmu, lalu mengamalkannya. Harusnya ya....

Masalahnya, telepon seluler juga punya banyak aplikasi lain. Yang namanya media sosial saja, sudah menghabiskan banyak waktu. Itu baru Twitter dan Instagram. Belum lagi channel Youtube dan blog saya yang sudah jarang diperbarui.

Penting itu, biar nama saya terus beredar dan diingat banyak orang, biar tetap terbuka pintu mencari rezeki yang jadi kewajiban seorang kepala keluarga seperti perintah agama. Grup WA dan BBM dari kawan-kawan kuliah dan kerja, itu kan ajang silaturahim. Baca berita juga, biar tetap update.

Kalau kemudian smartphone yang dalam bahasa baku disebut gawai itu membuat saya makin piawai mencari alasan dan pembenaran diri untuk sibuk dengan urusan duniawi, mungkin ungkapan yang tepat untuk itu ialah: mendekatkan dunia, menjauhkan akhirat. Atau, mendekatkan ke neraka, menjauhkan dari surga?

Astaghfirullahaladzim. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya