Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mengukuhkan profesor riset di lingkungannya pada Jumat, (10/3). Kali ini empat profesor bertambah di lembaga tersebut dan keempatnya merupakan peneliti perempuan.
Keempat profesor riset yang baru dikukuhkan Majelis Profesor Riset adalah Prof. Ratih Dewanti, urutan ke-634, Prof. Ganewati Wuryandari, urutan ke-635, Prof. Widjajanti, urutan ke-636, dan Prof. Rike Yudianti, urutan ke-636.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa dengan bertambahnya profesor maka akan memperkuat SDM riset BRIN. Pengukuhan itu menjadi bukti bahwa BRIN memiliki kesinambungan kaderisasi peneliti untuk menghasilkan karya-karya penelitian berkualitas internasional.
"Gelar profesor riset adalah gelar tertinggi yang dicapai oleh seseorang dalam karirnya sebagai periset. Gelar Profesor Riset tidak hanya merupakan gelar yang diberikan secara melekat, namun yang lebih daripada itu, gelar ini memberikan beban tambahan yang tidak ringan kepada yang telah dikukuhkan,” ujar Handoko, Jumat (10/3).
Dia menegaskan bahwa profesor riset juga memiliki tanggungjawab yang sangat besar. Tidak hanya untuk dirinya sendiri namun diharapkan menjadi penghela terdepan untuk kelompok-kelompok risetnya, karena itulah tanggung jawab menjadi profesor riset.
Berdirinya BRIN sebagai lembaga riset merupakan bagian dari milestone perubahan besar dalam kelembagaan riset di Indonesia. Untuk mewujudkan milestone ini tentunya tidak mudah, mengingat SDM BRIN berasal dari berbagai macam entitas yang berbeda yang bergabung menjadi satu.
“Saya yakin dengan adanya SDM dan talenta yang kita miliki, termasuk empat profesor riset yang baru dikukuhkan, kita dapat melakukan percepatan untuk mewujudkannya dalam waktu yang tidak terlalu lama,” tambahnya.
Menurutnya, hal yang terpenting sesuai dengan tugas, fungsi dan tujuan BRIN harus fokus dalam melakukan aktivitas riset, sehingga bisa memberikan yang terbaik, memajukan riset dan inovasi di Indonesia. Ditambah lagi dengan bergabungnya para periset dari Kementerian/Lembaga yang dimulai dari awal tahun, menjadi modal dasar untuk membudayakan ekosistem riset dengan memberdayakan talenta-talenta riset dan inovasi ini.
"Semoga hal ini bisa menjadikan semangat bagi para peneliti lainnya, agar kaderisasi kompetensi tetap terjaga dan berkesinambungan,” harap Handoko.
Kaderisasi peneliti penting untuk terus menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung sustainability pembangunan. Apalagi di masa pandemi, harapannya BRIN selalu memiliki terobosan atau inovasi baru untuk membantu Indonesia.
Adapun, keempat profesor riset tersebut memaparkan orasi dibidangnya masing-masing. Prof. Ratih Dewanti pakar Bidang Penginderaan Jauh menyampaikan model yang efisien dalam pengolahan data penginderaan jauh optik, yang dikontribusikan untuk menghasilkan data dan informasi dalam mendukung pemantauan mangrove. Model tersebut apabila diintegrasikan dengan perkembangan konsep mutakhir akan memberi bobot yang lebih signifikan dalam pengolahan data penginderaan jauh optik untuk mangrove.
Prof. Ganewati Wuryandari pakar Bidang Hubungan Internasional, dalam orasinya tentang Politik Luar Negeri Era Reformasinya, ia menyampaikan perjalanan Indonesia dari awal penjajahan yang berperan aktif dalam percaturan politik internasional. Indonesia diharapkan dapat memadukan strategi normatif dan fungsional dalam menjalankan peran sebagai negara kekuatan menengah. Di samping itu, pelibatan pemangku kepentingan juga diperlukan sehingga ada legitimasi lebih kokoh untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri kedepannya.
Prof. Widjajanti pakar Bidang Sosiologi Gender, menyampaikan orasi yang berisi sebuah perjalanan, pembelajaran dan pengalaman. Orasi yang disampaikan mengenai perspektif sosiologi feminisme untuk menunjukkan lemahnya representasi perempuan dan upaya resistansinya.
Prof. Rike Yudianti pakar Bidang Teknik Material, memaparkan orasi terkait dengan pemanfaatan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon sebagai material fungsional. Perkembangan iptek dan potensi nanoselulosa dan nanokarbon, pengembangan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon, dan peluang pemanfaatan nanoselulosa dan nano karbon di Indonesia disampaikan secara rinci dalam orasinya. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved