Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
NYERI lutut merupakan salah satu masalah kesehatan yang kerap terjadi. Diperkirakan, masalah tersebut menimpa 25% dari populasi dunia. Nyeri lutut bisa terjadi karena trauma atau kecelakaan, bisa juga karena penyakit tertentu. Apa pun penyebabnya, penting untuk menyertakan olahraga sebagai salah satu komponen terapi.
“Peran olahraga untuk menguatkan otot-otot di sekitar lutut sangat penting. Sayangnya, ketika mengalami nyeri lutut, masyarakat cenderung memilih diam, menghindari menggerakkan kaki karena takut tambah nyeri,” ujar pakar nyeri dari Jakarta Pain and Spine Center (JPSC), dr Ade Sri Wahyuni SpRM, pada diskusi yang digelar di klinik tersebut di Jakarta, awal Mei ini.
Dokter spesialis rehabilitasi medik itu menjelaskan olahraga memegang peranan penting dalam penanganan nyeri lutut sebab olahraga akan menguatkan otot-otot di sekitar lutut. Menguatnya otot-otot tersebut akan mendatangkan banyak keuntungan.
“Pertama, otot yang kuat lebih mampu meredam rasa nyeri yang timbul. Kedua, otot yang kuat akan membantu menjaga kestabilan sendi lutut sehingga mencegah kerusakan tambahan,” terang Ade.
Karena itu, pada penanganan nyeri lutut, hal pertama yang diupayakan ialah meminimalkan atau menghilangkan rasa nyeri yang muncul. Begitu nyeri itu tertanggulangi dan pasien merasa nyaman, pasien perlu menjalankan program olahraga.
“Kalau masih sangat nyeri, pasien akan kesulitan menggerakkan kakinya. Jadi, rasa nyerinya harus ditanggulangi dulu agar memungkinkan bagi pasien untuk berolahraga,” imbuh Ade.
Jenis olahraganya, lanjut Ade, disesuaikan dengan kondisi pasien dan gangguan lutut yang dialami. Untuk pasien gemuk misalnya, yang disarankan ialah olahraga di air atau hidroterapi. Hal itu untuk menghindari beban berlebih bagi lutut yang bisa menambah keparahan gangguan yang dialami.
Adapun untuk pasien yang tidak mengalami kegemukan, jenis olahraga yang bisa dilakukan lebih bervariasi. Misalnya, bersepeda statis. Bersepeda di luar ruangan kurang disarankan karena dikhawatirkan medan yang ditempuh bervariasi, kalau kena tanjakan bisa jadi beban yang terlalu berat bagi lutut yang sedang bermasalah. “Selain itu, ada beragam jenis gerakan olahraga yang bisa dilakukan untuk menguatkan otot-otot sekitar lutut.”
Olahraga menguatkan otot-otot sekitar lutut, menurut Ade, juga penting dilakukan semua orang untuk mencegah nyeri lutut. Pasalnya, otot-otot yang kuat dipastikan bisa ‘memegang’ komponen-komponen sendi lutut sehingga sendi itu lebih stabil, tidak mudah cedera.
“Olahraga rutin penting dilakukan sejak muda. Perlu diingat, penuaan membuat otot-otot kita melemah sehingga sendi mudah cedera, termasuk sendi lutut. Dengan berolahraga sejak muda, laju pelemahan otot itu bisa ditunda.”
Jenis terapi
Terkait dengan upaya mengatasi rasa nyeri yang timbul, dokter Ade menjelaskan terapinya disesuaikan dengan penyebab. Pada kasus cedera, akan dipastikan lebih dulu komponen sendi lutut yang mana yang terganggu. “Apakah ototnya, tendonnya, ligamennya, tulang rawannya, atau kantong cairan sendinya. Bagian yang rusak kita perbaiki.”
Pun demikian dengan nyeri yang disebabkan karena penyakit. Jika jenisnya penyakit infeksi, terapinya juga mencakup pengobatan terhadap infeksi tersebut. Ketika infeksi terobati, rasa nyeri pun bisa lenyap.
Lain halnya jika nyeri yang terjadi ditimbulkan oleh penyakit yang belum ada obatnya, seperti osteoartritis. Nyeri yang terjadi umumnya bersifat kronis atau menahun. Penanganan nyeri yang dilakukan tidak bisa menghilangkan penyakit sumbernya. Namun, penanganan nyeri itu perlu diupayakan agar penderita tidak ‘tersiksa’, bisa tetap aktif, dan juga bisa berolahraga untuk menguatkan otot-otot kakinya.
Pada kasus-kasus nyeri kronis, penanganan bisa dilakukan dengan penyuntikan kortikosteroid, hyaluric acid, dan platelet-rich plasma (PRP) langsung ke sendi lutut.
“Suntikan kortikosteroid maupun hyaluric acid mampu menghilangkan gejala nyeri dengan segera serta mengurangi inflamasi pada sendi lutut. PRP juga memberikan hasil baik, namun masih terus diteliti.”
Ade menambahkan, ada pula teknik mengeblok saraf penerus rangsang nyeri ke otak. Teknik yang disebut genicular nerve block itu dilakukan dengan gelombang radiofrekuensi tinggi. Caranya, sebuah jarum khusus diarahkan ke tiga titik saraf di lutut dengan panduan alat fluoroskopi. Selanjutnya, energi radiofrekuensi tingkat tinggi dialirkan pada saraf tersebut. Hasilnya, saraf itu tidak lagi bisa menyalurkan rangsang nyeri ke otak sehingga pasien tidak lagi merasakan nyeri.
“Tapi harus diingat, penyakit maupun gangguan lain yang menjadi sumber nyerinya tetap harus ditangani,” pungkasya. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved