Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
RABU (27/10) sore, Media Indonesia berkesempatan mengunjungi Terowongan Kendal, Jakarta. Dinding terowongan bernuansa kreatif dengan grafiti penuh warna bertambah semarak dengan suara lantang musikus jalanan yang memetik gitar akustiknya.
Alunan lagu-lagu 1990-an membahana di sepanjang terowongan tempat lalu lalang penumpang MRT (moda raya terpadu), KRL, Trans-Jakarta, dan kereta bandara. Saling hadap dua kios minimalis modern dengan atap asimetris berwarna cokelat terlihat jelas dari tempat sang musikus jalanan berdiri.
Harumnya racikan kopi dari salah satu kios hingga beragam camilan menarik di kios lainnya membuat banyak pejalan kaki menghentikan langkah sejenak. Saat mereka hendak memesan minuman, banner panjang berwarna hijau di sisi kios yang berisi gambar petunjuk basindo, atau bahasa isyarat Indonesia, menarik perhatian.
Belum lagi beberapa papan tulis hitam kecil sejajar dengan bebijian kopi di atas meja bertuliskan ‘Hello, Cobain Rasa Baru', ‘Saya Tuli’, dan ‘Silakan Ditunjuk Menunya’ memberikan pemahaman bahwa kios ini istimewa. Pembeli diharuskan menunjuk menu yang tertempel di bagian dalam kios jika tidak dapat menggunakan bahasa isyarat.
Peracik minuman anak muda, seorang tunarungu. Aditya Daffa Aulia, 18, atau biasa disapa Adit telah menjadi peracik minuman kopi dan teh sejak dua bulan lalu di Difabis Coffee and Tea. Dia bersama dua anak muda istimewa lainnya bergantian menjaga kios besutan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi DKI Jakarta atau Baznas (BAZIS) itu.
Berbagai jenis minuman kopi dan teh, mengikuti tren kekinian, terpampang jelas dengan harga relatif terjangkau mulai Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per gelas. Laiknya kafe ternama, pembeli yang datang dapat melihat langsung para peracik menyajikan minuman pesanan mereka.
Secara berdampingan, kios yang lain juga dijaga tiga penyandang tunarungu dan tunadaksa. Kios itu menyajikan berbagai camilan mengenyangkan dari Jakarta Cheese Factory. Mulai chiffon keju atau ekstra keju, brownies original, almond, atau keju, hingga bolen dengan rasa keju, cokelat, atau durian disajikan dalam satu kotak atau dijual satuan. Harganya pun tidak menguras kantong karena dibanderol mulai Rp8.000 sampai Rp50 ribu. Tidak ketinggalan, papan tulis hitam kecil bertuliskan ‘Difabel Tuli’ juga terlihat ada di atas meja.
Setelah berbincang di tengah gemuruh MRT dengan koordinator pengelola lapangan yang juga admin kios, Robiatin, akrab disapa Atin, 37, Media Indonesia diberi tahu bahwa dua kios tersebut baru dibuka pada Februari dan April 2021.
"Waktu pertama kali dibangun Baznas, yang satu dikelola langsung oleh Baznas dan satu lainnya dikelola organisasi. Cuma dari organisasi sendiri responsnya kurang. Jadi, ditarik kembali jadi Baznas saja yang mengelola," kata Robiatin.
Kios camilan yang dikelola saat ini ialah kios pertama yang berdiri. Awalnya, kios pertama berjualan kue-kue kering dan kopi dalam kemasan botol. Namun, dengan sangat larisnya penjualan kopi-kopi kemasan botol, kios kedua dibangun khusus untuk minuman kopi dan teh.
Sejak kios minuman dibuka, Atin mengungkapkan penjualan di hari kerja mampu mencapai 20-30 gelas per hari, sedangkan saat akhir pekan penjualan meningkat hingga 40 gelas per hari. Pemesanan gelas sekali pakai pun meningkat hingga sekitar 1.000 gelas per bulan.
Menu favorit minuman ialah kopi susu klasik dan kopi susu aren dengan harga Rp15 ribu per gelas baik disajikan dingin maupun panas. Untuk kios camilan, chiffon keju atau ekstra keju menjadi menu yang paling banyak dibeli dengan harga Rp30 ribu-Rp40 ribu per kotak. Biasanya, aneka camilan disediakan dalam jumlah sepuluh atau belasan per tiga hari mengingat masa kedaluwarsa yang singkat.
“Kita ini, kalau lagi ramai pendapatan, kita sudah termasuk untung bisa Rp600 ribu sehari. Kita bagi hasilnya itu keuntungannya untuk teman-teman yang di sini. Ada enam, semuanya difabel, lima disabilitas tuli, daksa cuma aku. Nanti dibagi untuk komisi, transpor. Keuntungan ditentukan langsung supervisor dari Baznas tiap bulan," jelas Atin.
Ibu seorang putri itu mengaku bersyukur dengan adanya peluang menjadi relawan di kios mengingat peluang kerja kaum difabel masih sangat terbatas. Kendati pemerintah telah menerapkan aturan untuk perusahaan mempekerjakan kaum difabel sejumlah 1%-2% dari total pekerja, realitas tidak mendukungnya.
Membuka banyak jaringan
Selain mendapatkan penghasilan yang tetap tiap bulan, Atin senang dapat mengenal anak-anak muda kaum difabel yang magang setiap tiga bulannya. Para pembeli yang datang, termasuk kaum difabel, juga membuat Atin mengenal lebih banyak masyarakat penyandang disabilitas. Pertemanan yang lebih luas pun terjalin erat selaiknya komunitas atau organisasi difabel.
Atin berharap, kelak lebih banyak pelatihan dilakukan berbagai pihak dan lebih banyak pula kesempatan seperti yang didapatnya bagi masyarakat penyandang disabilitas lainnya. Atin yang kehilangan satu kaki menyebutkan jumlah difabel yang terdata di Provinsi DKI Jakarta hingga 2019 mencapai 9 juta jiwa.
Rasa syukur yang sama juga dirasakan Adit yang masih menunggu kelulusan dari sekolah menengah atas. Adit mengaku dapat belajar banyak hal baru sejak magang menjadi peracik minuman di kios Difabel Coffee and Tea. Dari kios itu, dia mampu belajar cara menjalankan bisnis dan bercita-cita ingin menjadi pengusaha di masa depan.
Teman-temannya sesama tunarungu juga kerap menyambangi kios yang dijaganya itu untuk menikmati akhir pekan di sana. Harapan mereka semakin banyak kaum difabel yang mau menunjukkan kemandirian di tengah keterbatasan yang ada. (N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved