Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MINAH, 44, duduk dengan tenang di ruang tunggu Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Ia tengah menanti giliran untuk mendapatkan layanan kontrasepsi keluarga berencana (KB) dari dokter yang bertugas di puskesmas hari itu.
Kedatangannya ke pusat kesehatan masyarakat itu bukan hanya kali itu.
Sebelumnya, ia, suami, dan anak semata wayangnya juga kerap berkunjung untuk berobat.
"Pilek dan batuk saja. Saya lebih suka ke puskesmas daripada meminum obat yang dibeli di warung. Takut keliru," kata Minah saat ditemui di puskesmas itu, beberapa waktu lalu.
Di setiap musim hujan seperti sekarang, perempuan itu bersama keluarganya selalu khawatir atas ancaman berbagai penyakit yang mudah menjangkit, antara lain DBD.
Jika itu terjadi, ia harus berobat ke rumah sakit (RS) besar yang menurutnya merepotkan.
Kendati seluruh keluarga dilindungi jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Minah tetap saja merasa lebih suka mendapat pelayanan dari RS di dekat rumahnya.
Salah satu alasannya ialah agar tidak repot.
"Memang saya punya kartu BPJS, tapi kalau harus berobat ke rumah sakit besar kan juga butuh ongkos. RS besar yang paling dekat dari sini, RSUD Tarakan. Untuk sampai ke sana butuh beberapa kali ganti angkot. Bayar RS-nya gratis, tapi ongkosnya gimana? Biaya makan buat yang nungguin gimana?" ujarnya lagi.
Karena itu, sebagai warga Jakarta yang mengandalkan pelayanan kesehatan dari pemerintah, ia berharap di wilayah tempat tinggalnya terdapat rumah sakit umum kecamatan (RSUK) atau RS tipe D seperti yang ada di 15 kecamatan lainnya.
RS tipe itu semula memang puskesmas, kemudian statusnya dinaikkan menjadi RS sejak 2015.
"Kalau sudah ada RS tipe D, saya bisa tenang dan enggak terlalu kepikiran biaya," katanya.
Ia mengakui pelayanan puskesmas dari waktu ke waktu semakin baik dan harganya sangat terjangkau.
Untuk berobat ke dokter umum, ia hanya dikenai biaya Rp2.000, sedangkan obatnya gratis.
Namun, dengan hadirnya RS kecamatan, kesehatan warga diharapkan bisa lebih baik lagi.
Apalagi, ujarnya, gedung Puskesmas Tanah Abang di Jalan KH Mas Mansyur sedang direnovasi.
Untuk sementara, aktivitas pelayanan pindah ke rumah kontrakan di Jalan Kebon Kacang VI.
Dekat dan ramai
Warga Kelurahan Kebon Kacang, Budi Andri, 40, mengatakan sudah setahun lebih puskesmas menempati bangunan rumah.
Awalnya banyak warga yang enggan berobat lantaran letaknya berada di gang sempit.
Selain itu, bangunannya kecil sehingga tidak melayani rawat inap.
"Dulu waktu saya sakit tifus, saya pernah dirawat karena puskesmas menempati bangunan lama. Namun, setelah pindah ke tempat sementara, warga yang harus dirawat akhirnya dirujuk ke RS Tarakan. Jadi, repot karena jauh," katanya.
Sementara itu, Direktur RS Tipe D Tebet, Yeni Restuti, mengatakan, di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, banyak warga yang memanfaatkan kehadiran RS itu.
Menurutnya, letak RS yang dekat dengan permukiman menjadi faktor utama RS selalu ramai dikunjungi warga.
"Lokasinya dekat. Selain itu, fasilitasnya lengkap dengan adanya dokter spesialis kandungan, gigi, mata, THT (telinga, hidung, tenggoro), dan dokter penyakit dalam sehingga selalu ramai. Apalagi, lokasi RSUD dari sini jauh," kata Yeni ketika ditemui Media Indonesia. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved