Menangkar Pengicau Lambang Fauna Bali

SATWA dan alam ibarat dua sisi mata uang. Satu sama lain membutuhkan dan melengkapi. Itulah yang mengilhami Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) dan Bali Safari & Marine Park menggagas pelestarian burung jalak bali (Leucopsar rothschildi) dengan mempraktikkan konsep program breeding loan. Model pelestarian burung pengicau atau lebih dikenal dengan nama curik bali tersebut, menurut General Manager Bali Safari William Santoso, secara langsung melibatkan warga. "Pada tahap pertama kami menggandeng warga Desa Sumber Klampok di dekat Taman Nasional Bali Barat untuk menangkarkan curik bali. Kami memberikan sepasang burung untuk dikembangbiakkan. Lalu kami kembali menghibahkan tiga pasang curik bali kepada warga di Kabupaten Gianyar, yakni Desa Serongga, Desa Lebih, dan Desa Medahan," kata William di Jakarta, Jumat (23/4). Sebelumnya, APCB sudah berhasil mengembangbiakkan curik bali di luar habitatnya, yaitu di Jepang.

Kini, penangkaran satu-satunya spesies endemik Bali yang pada 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali itu, lanjut William, bekerja sama dengan Taman Nasional Bali Barat yang dikenal sebagai habitat asli curik bali. "Kami ingin menyelamatkan curik bali dari kepunahan. Apabila program penangkaran tersebut berhasil, kami lanjutkan dengan pelepasliaran ke alam bebas," ujar William. Bali Safari berharap warga lebih mengedepankan aspek pelestarian dalam menangkarkan curik bali, bukan kepentingan komersial. Di sisi lain, manajemen berupaya menampung sebanyak mungkin warga sekitar area safari sebagai pekerja dari mulai level paling rendah hingga manajer. "Dari sekitar 700 karyawan, 80% di antaranya berasal dari tiga desa terdekat. Suplai makanan untuk seluruh karyawan dan satwa juga berasal dari warga sekitar. Hanya daging kanguru untuk konsumsi harimau dan singa masih kami datangkan dari Australia," ungkap Willam. Bali Safari yang ada di Kabupaten Gianyar, Bali, memiliki luas sekitar 43 ha.