Pramuka Santri Harus Cerdas di Era Digital

PENYELENGGARAAN Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) IV, di Tambang Ulang, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, selama sepekan, dinilai banyak meraih prestasi. Salah satunya ialah khataman Alquran serta hadirnya satu sangga yang semua anggotanya hafiz Alquran 30 juz.

Selain itu, sekitar 5.000 pramuka santri yang merupakan para santri dari 33 provinsi di Indonesia tersebut memecahkan rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) dalam hal konfigurasi madihin dengan jumlah peserta terbanyak.

Mereka juga melakukan tapak tilas ke Gunung Kayangan, yang berjarak tempuh pulang pergi sekitar 30 km. Meski rute tapak tilas penuh tanjakan dan turunan yang menukik, para santri terlihat antusias.

"Perkemahan ini sangat memberi kesan terdalam bagi sebagian peserta santri sehingga peserta sepertinya enggan meninggalkan tempat," kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama, Mohsen pada acara penutupan PPSN IV di Tanah Laut, Minggu (7/6).

Mohsen juga mengingatkan para santri bahwa hidup di era internet harus cerdas mengolah informasi.

"Derasnya informasi harus dioptimalkan untuk menempa diri menjadi pribadi santri yang berkarakter, disiplin, dan mandiri,'' paparnya.

Di sisi lain, ketika menutup PPSN IV, Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin menyatakan pramuka harus bisa menjadi pelopor dalam mengatasi masalah yang dihadapi generasi muda seperti kriminalitas dan rendahnya rasa hormat serta perilaku yang tidak sesuai dengan nilai moral dan agama.

"Saya mengharapkan pramuka agar juga dapat berbenah diri dalam mengelola organisasi termasuk dalam pendanaan," ujar Rudy.

Ia menilai penyelenggaraan PPSN bisa dijadikan tolok ukur penyelenggaraan PPSN V di Jambi 2018.

Penutupan PPSN diawali dengan upacara adat Bhinneka Tunggal Ika, yaitu pelepasan kapak pusaka yang ditancapkan pada sebongkah kayu saat pembukaan. Dalam upacara itu juga dibacakan sumpah janji pramuka berupa sandi Bhinneka Tunggal Ika. (DY/H-1)