Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
DEMAM K-Pop atau pun drama Korea bukan fenomena baru bagi generasi muda saat ini. Budaya Korea sudah masuk dan menjadi sangat kuat di kalangan milenial di Asia, khususnya Indonesia.
Pakar Budaya Universitas Indonesia (UI) Pudentia mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan promosi budaya hingga saat ini, Korea telah mempersiapkan semuanya sejak lama. Butuh perencanaan yang panjang, bahkan hingga lebih dari 20 tahun.
Baca juga: Keputusan Arab Saudi Tepis Gempuran Hoaks soal Haji
"Mereka menyiapkan K-Pop secara serius sekitar 20 tahun dengan mempertimbangkan hasil semacam Feasibility Study sasaran konsumennya," ungkapnya kepada Media Indonesia, Sabtu (12/6).
Menurutnya, persiapan itu dimulai dengan semacam penelitian. Mereka mencari tahu kebutuhan pasar kemudian menemukan konsep yang tepat untuk dikembangkan sesuai potensinya.
Persiapan seperti itu tidak hanya dilakukan oleh industri saja. Korea didukung penuh pemerintahnya dan juga modal yang besar, sehingga ketika mempromosikan betul-betul efektif.
"Penelitian penting untukk menyusun perencanaan, untuk membuat action program," imbuhnya.
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa fenomena seperti K-Pop memang bisa berdampak buruk bagi budaya Indonesia sendiri. Kegilaan anak muda sekarang termasuk ibu-ibu pada K-Pop menandakan telah terjadi bencana budaya yang tidak dirasakan adanya tapi besar akibatnya untuk pembangunan karakter bangsa.
"Bisa-bisa anak-anak kita telah tumbuh dalam situasi buta budaya, cultural blind spot pada miliknya sendiri. Kita kehilangan penanda identitas sebagai bangsa atau berada dalam keadaan gagap budaya," kata dia.
Lantas, Indonesia pun seharusnya bisa mewaspadai dampak buruk tersebut. Budaya luar memang tidak bisa dibendung di era teknologi saat ini. Namun, harus ada filter dan terutama punya strategi seperti Korea sendiri dalam mempertahankan atau menyebarluaskan budaya kita sendiri. Studi budaya, regulasi pemerintah dan promosi yang masif jadi kekuatan mempertahankan budaya sebagai karakter bangsa.
"Strategi yang baik dalam memertahankan budaya adalah penghargaan mereka pada tradisi, adat istiadat yang berlaku. Yang melanggar atau mengabaikan tradisi biasanya menjadi tersisih. Tradisi tersebut slalu diwujudkan dalam karya-karya mereka tidak saja dalam musik tapi juga dalam drama dan film," tandasnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved