Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Hidupkan Kembali Tugas Pokok Wartawan Lewat Jurnalisme Data

Faustinus Nua
03/6/2021 07:25
Hidupkan Kembali Tugas Pokok Wartawan Lewat Jurnalisme Data
jurnalis(Ilustrasi)

ERA disrupsi teknologi yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan besar dan fundamental menuntut dunia industri untuk terus berinovasi termasuk industri media. Sistem kerja lama dari media konvensional mulai diubah dan disesuaikan dengan tuntutan zaman.

Hadirnya teknologi digital telah memudahkan akses informasi kepada masyarakat. Melalui media sosial informasi dengan cepat di-delivery ke publik tanpa terverifikasi, sehingga menyebabkan marakanya informasi atau berita palsu yang disebut hoax.

"Semua orang merasa bisa menjadi jurnalis dan hasilnya seperti saat ini, banyak sekali konten informasi tidak terverifikasi dengan baik," ungkap wartawan senior Frans Surdiasis dalam kegiatan Fellowship Journalism yang diselenggarakan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Rabu (2/6).

Frans mengatakan memang banyak terjadi perubahan dalam industri media saat ini. Hal itu merupakan upaya media untuk beradaptasi dan tetap survive menghadapi tantangan disrupsi teknologi. Akan tetapi DNA jurnalisme tidak berubah dari masa ke masa.

"DNA jurnalisme tidak berubah meski cara kerja kita bekerja berubah. Ada kekuatan enlightenment, membawa pencerahan masyarakat. Sekarang meski kita ada di era digital dan kedepan akan terus berubah tapi DNA kerja kita tidak berubah," tegasnya.

Dosen Akademisi Televisi Indonesia (ATVI) itu menjelaskan tugas pokok wartawan adalah membatu publik memahami secara baik apa yang tengah berlangsung di lingkungan sekitar. Jurnalis membantu masyarakat memahami duduk sosial secara baik agar dapat bertindak secara tepat.

"Salah satu cara untuk bisa mendudukan fakta dengan baik adalah dengan data. Jurnalisme data menghidupkan kembali tugas pokok kita sebagai jurnalis," tutur Frans.

Baca juga: Dukung Jurnalisme Berkualitas, SPH Ubah Bisnis ke Entitas Nirlaba

Jurnalisme data adalah jalan menuju peningkatan kompetensi. Data menjadi sumber atau bahan yang melengkapi pengamatan, pernyataan pejabat atau ahli. Berbasiskan data, informasi atau berita disampaikan layaknya cerita (story) dan menemukan makna di dalamnya.

Secara substansi jurnalisme data tidak berbeda dengan jurnalisme presisi yang diperkenalkan oleh Philip Meyer di tahun 1970-an. Akan tetapi, untuk konteks saat ini dengan maraknya informasi di ruang digital dan untuk mengembalikan tugas pokok pers, maka urgensinya makin tinggi.

Frans mengatakan jurnalisme data diperlukan saat ini lantaran lingkungan yang makin kompleks. Sementara informasi dinilai tak lagi cukup alias kelimpahan informasi yang makin sulit menentukan mana yang sungguh berarti dan untuk keluar dari kritikan lama terhadap pers.

"Wartawan tidak bisa lagi sekadar mengandalkan nose for news atau insting berita. Kita butuh memahami dunia yang kompleks itu melalui alat bantu yang lain, yakni data," imbuhnya.

Dengan penggunaan data, fokus pekerjaan wartawan bergeser dari 'orang pertama yang melaporkan suatu kejadian' menjadi orang menyampaikan 'apa makna dari sebuah kejadian' bagi pembaca atau pemirsanya. Sebab, fokus pertama tersebut sudah digantikan dengan sumber dari media sosial yang hadir secara real time.

Begitu pula dengan information seeking menjadi information management. Kapasitas yang diperlukan dari seorang wartawan bukan lagi terutama mencari informasi, melainkan mengelolanya.

Semuanya itu mentransformasi profesi jurnalis dan menjaga relevansi jurnalisme di tengah era disrupsi ini. Mengbalikan dan memperkuat kehadiran media jurnalistik yang dapat dipercayai.

Frans pun mengingatkan wartawan adalah pekerjaan intelektual yang dapat dirujuk dari kemampuan melihat dan merumuskan persoalan, kemudian dikomunikasikan secara baik ke publik. Jurnalis merupakan pekerja perubahan yang membantu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik.

"Kalau saya boleh meminjam Yuval Noah Harari: modal terpenting kita dalam menghadapi masa depan yang berubah dengan cepat adalah capacity to reinventing ourselves (kapasitas untuk menemukan diri kita sendiri)," tukasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya