Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Seruan Ketua DPR Soal Solidaritas Dunia Perangi Covid-19 Didukung

Mediaindonesia.com
19/5/2021 10:20
Seruan Ketua DPR Soal Solidaritas Dunia Perangi Covid-19 Didukung
Ketua DPR Puan Maharani (tengah) saat meninjau lokasi penyekatan mudik 2021 di Pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung.(DOK PUSPEN TNI )

SERUAN Ketua DPR RI, Puan Maharani, agar dunia bersatu memerangi pandemi Covid-19 dengan cara mengupayakan pemerataan ketersediaan vaksin di seluruh dunia, mengingatkan sebagian anak bangsa akan seruan Bung Karno untuk mengeratkan solidaritas dunia ketiga pada zamannya. Seruan Puan yang menegaskan bahwa hanya solidaritas global yang kini menjadi satu-satunya pilihan untuk mengatasi potensi memburuknya dampak pandemi covid-19, dinyatakan cucu Bung Karno itu dalam pertemuan Inter-Parliamentary Union (IPU).

“Apa yang diserukan Ketua DPR, yakni pentingnya dunia bersatu dalam memerangi pandemi covid-19, mengingatkan kita semua pada seruan Bung Karno saat menggalang solidaritas dunia ketiga untuk melawan penjajahan blok negara-negara kolonialis pada zamannya,” kata pengamat Miartiko Gea, dalam siaran persnya, Rabu, (19/5).

Baca juga: Taiwan Sukses Perangi Covid-19, Apa Rahasianya?

Miartico Gea yang juga Koordinator Nasional Sipil Peduli Demokrasi (Kornas PD), menjelaskan bahwa di masa lalu, seruan Bung Karno tersebut telah menggugah negara-negara dunia ketiga untuk memerdekakan diri dari penjajah. Pada saat itu, Bung Karno bahkan berhasil menggalang negara-negara dunia ketiga yang disebutnya sebagai ‘emerging forces’ untuk bertemu dalam konferensi akbar di Bandung, yakni Konferensi Asia-Afrika.        

“Indonesia di bawah Bung Karno saat itu bisa menggalang solidaritas kelompok negara-negara New Emerging Forces (Nefo) yakni negara-negara progresif revolusioner, yang melawan Oldefo (Old Established Forces) atau negara-negara kapitalis yang sejatinya neokolonialis dan imperialis (Nekolim),” kata Miartiko. Dalam kaitannya dengan kekinian, ia berharap seruan Puan Maharani bisa memantik solidaritas negara-negara di dunia untuk saling peduli dan saling tolong dalam upaya memerangi pandemi covid-19.

Pasalnya, tidak mungkin pandemi covid-19 bisa dikalahkan tanpa usaha bersama dan gotong royong di antara negara-negara di dunia. “Covid hanya bisa dikalahkan dengan kebersamaan dan saling bantu. Sebab, kalau pun satu negara bisa bebas covid, selama ada negara di dunia yang masih belum terbebas dari covid karena ketiadaan vaksin, maka virus korona baru akan terus ada, terus bermutasi dan semakin sukar ditaklukan,” kata Miartiko.

Untuk itu, Miartiko sepenuhnya setuju dengan Puan yang menegaskan pilihan satu-satunya bagi negara-negara di dunia adalah  bersatu.  Miartiko menunjuk titik penting yang ditunjukkan Puan dalam seruannya di depan sidang IPU, yakni saling membantu dalam penyediaan vaksin covid-19.

“Sebagaimana dikatakan Puan, dunia memang tengah berada dalam situasi genting terkait tidak meratanya ketersediaan vaksin di antara bangsa-bangsa di dunia. Kalau pun vaksinasi di satu negara kelar, manakala masih ada negara yang tak bisa menuntaskan vaksinasi massal karena tak adanya pasokan, maka dunia tetap berada dalam bahaya karena peluang terjadinya herd immunity tidak akan terbangun,” kata dia.

Karena itulah, Miartiko menyatakan apresiasi mendalam atas keberanian Puan menjadi inisiator penggalangan kekuatan negara-negara, dalam sebuah forum terkemuka seperti sidang ke-142 IPU.  

Sebelumnya diberitakan bahwa Ketua DPR RI Puan Maharani menyerukan terjalinnya solidaritas dunia dalam memerangi pandemi covid-19 secara bersama. Seruan keprihatinan Puan tersebut didasarkan pada tidak meratanya ketersediaan vaksin di antara negara-negara di dunia, karena ketersediaan dan daya beli setiap negara.

Sebagai seruan untuk langkah konkret, Puan menyerukan agar negara surplus persediaan vaksin membagi stok vaksin yang dimiliki dengan negara lain. Selain itu Puan juga menyatakan seruan untuk terjadinya transfer teknologi pembuatan vaksin dari negara maju kepada pusat-pusat produksi vaksin di negara berkembang, yang diiringi penghapusan larangan ekspor untuk bahan-bahan dasar pembuat vaksin. (Ant/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik