Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Ahli virologi Universitas Udayana Prof. I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan pemanfaatan anjing untuk mendeteksi covid-19 belum diuji akurasinya dan tidak menyarankan untuk menggunakannya karena adanya potensi penularan virus terhadap binatang.
"Anjing mempunyai penciuman yang tajam, itu sudah diketahui, dan sudah biasa dipakai untuk (melacak) narkoba. Tetapi untuk covid-19 secara biologi itu belum ada bukti bahwa penderita covid-19 mengeluarkan senyawa atau bau yang sangat spesifik," kata Ngurah ketika dihubungi, Kamis (18/2).
Meski sudah digunakan di beberapa negara tapi penggunaannya belum luas dan sifatnya masih presumptive diagnosis atau diagnosis yang masih dalam dugaan.
Baca juga: Balai Karya Pangudi Luhur Siapkan Kursi Roda Elektrik Disabilitas
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana itu juga menegaskan untuk memastikan nilai diagnosis, dokter melakukannya berdasarkan hasil pengujian dan pengamatan jejak dari jaringan. Terkait hal itu, dia menegaskan maka penggunaan anjing untuk melacak covid-19 itu tidak memiliki makna diagnosis.
Selain itu, dia menegaskan perlunya pengujian lebih lanjut terkait tingkat akurasi dari penggunaan anjing untuk menapiskan virus itu.
Dia mencontohkan perlunya pengujian apakah anjing tersebut bisa membedakan covid-19 dengan penyakit pernapasan lain.
Sebelumnya, sebuah klinik hewan di Jerman telah melatih anjing pelacak untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 di sampel liur manusia. Anjing-anjing itu dikondisikan untuk mencium "bau corona" yang datang dari sel di orang-orang yang terinfeksi.
Selain itu di Finlandia, anjing juga telah dilatih untuk mendeteksi virus itu di bandara Helsinki-Vantaa sejak September lalu seperit juga bandara internasional di Santiago, Chile.
Namun, Ngurah mengatakan virus itu sendiri tidak memiliki bau khas. Kemungkinan besar "bau khas" yang digunakan untuk melacak adalah bahan gas volatile dari pasien.
"Itu barangkali yang ditangkap oleh anjing jadi bukan bau virusnya, mungkin gas volatile organic compound atau gas organik yang mudah menguap yang ditangkap indera penciuman anjing," tegasnya.
Dia sendiri melihat penggunaan anjing itu sebagai penapis meski hasil konfirmasi tetap harus dilakukan dengan menggunakan tes PCR.
Tidak hanya itu, dia juga menyoroti adanya potensi bahaya menggunakan anjing untuk melacak covid-19 itu mengingat sudah adanya beberapa kasus di mana hewan peliharaan terinfeksi covid-19.
Dia menyebut adanya eksperimen ilmiah di mana terjadi penularan dari manusia ke kucing dan sesama kucing.
"Hal yang sama juga penggunaan anjing untuk mengendus pasien yang kemungkinan covidD-19, ini justru berisiko untuk anjing itu menjadi agen pembawa virus kepada manusia yang lain. Jadi sebaiknya justru barangkali tidak usah digunakan," ujarnya. (Ant/H-3)
Para peneliti menemukan, ketika seekor anjing berusia sekitar tiga tahun, anjing yang sama dengan awal usia paruh baya, antusias dan kesenangan mereka untuk situasi baru berkurang
PARA pemilik anjing mengira hewan peliharannya begitu cerdas saat bisa diajari duduk atau memberi salam dengan tangan.
Budi tidak dapat menyebutkan sampai kapan anjing-anjing Bima Aryo itu akan dititipkan.
Detailnya ialah 618 ekor anjing, 1.337 ekor kucing, delapan ekor kera, dan lima ekor musang.
Suparji Ahmad menegaskan, jual beli hewan untuk dikonsumsi harus memenuhi unsur keselamatan, kehalalan dan kesehatan.
Sebelumnya, Animal Defenders Indonesia menemukan adanya perdagangan daging anjing di Pasar Senen, Jakarta Pusat.
DENGAN merujuk penelitian Accenture, teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mampu mereduksi human error (kesalahan manusia)
Apakah nantinya dengan keberadaan dokter asing dan RS asing di Indonesia serta-merta tidak akan ada lagi orang Indonesia pergi ber obat ke luar negeri sehingga dapat menghemat devisa?
Filosofinya, bukan sebatas mengobati pasien, melainkan membuat masyarakat hidup sehat, sejahtera, dan bahagia.
Pemilik klinik menggunakan tenaga WNA untuk membuat korban percaya dan mau mengeluarkan biaya yang cukup besar dengan iming–iming mampu mengobati tanpa operasi
Lois kendati tidak ditahan, kini berstatus tersangka kasus dugaan hoaks. Bareskrim memastikan kasus dr Lois ini tetap berjalan.
"Kalau dari Perhimpunan Kedokteran Forensik Indonesia yang saya sudah dapatkan informasi ada tujuh orang,"
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved