Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
MASALAH gizi ibu menyusui masih terabaikan. Padahal, ibu baru melewati masa kehamilan dan persalinan yang berat. Untuk diketahui, ibu menyusui mudah mengalami anemia karena zat besi ibu menipis selama menyusui dan karena kehilangan darah saat melahirkan.
Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, Ahli Gizi dan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyebutkan Angka Kecukupan Gizi merekomendasikan konsumsi energi saat laktasi lebih besar yakni 2.580 Kal/hari dibandingkan saat hamil 2.550 Kal/hari.
Baca juga: Ini Sosok Menkes Pengganti Terawan, Budi Gunadi Sadikin
"Data berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi energi ibu laktasi justru lebih rendah dibandingkan saat hamil." ujarnya dalam acara Kolaborasi JAPFA untuk Ciptakan Generasi Unggul, Selasa (22/12).
Hal ini patut diwaspadai lantaran status gizi buruk pada ibu hamil dan menyusui merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting. Oleh karena itu, pihaknya mengingatkan pentingnya protein dalam agenda kesehatan global dengan menggunakan pendekatan yang seimbang yang mencakup semua zat gizi.
"Stunting memang dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil yang kurang gizi akan melahirkan bayi yang BBLR yang akan berisiko menjadi stunting. Tapi setelah lahir, bayi dan anak memerlukan makanan bergizi terutama protein hewani agar bayi dan anak itu bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal," tandasnya.
Saat ini, kata dia, terlihat jelas dampaknya bahwa banyak anak di negara berkembang kekurangan protein berkualitas dan asam amino esensial.
"Protein adalah salah satu zat gizi yang paling diperlukan untuk pertumbuhan. Protein hewani lebih baik daripada protein nabati karena memiliki kandungan asam amino esensial yang lebih lengkap," paparnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved