Indonesia Miliki Guru yang Tangguh

Syarief Oebaidillah
25/11/2020 11:53
Indonesia Miliki Guru yang Tangguh
Iwan Sjahril Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud(Dok. Pribadi)

PERINGATAN Hari Guru Nasional (HGN) 2020 kini berada dalam situasi dan kondisi berbeda di tengah pandemi covid-19. Sudah sekitar delapan bulan pembelajaran di sekokah dilaksanakan juga dengan cara yang beda.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud (Ditjen GTK-Kemendikbud) menilai para guru memiliki semangat yang tangguh untuk mencerdaskan anak bangsa kendati pandemi berdampak dalam kehidupan mereka sendiri.

Guna mengetahui lebih jauh tentang kiprah dan program guru, berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia, Syarief Oebaidillah bersama Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan Syahril di Jakarta, Sabtu (21/11).

Bagaimana Kemendikbud memaknai peringatan HGN 2020?
Dampak pandemi covid-19 yang menerjang berbagai sector publik termasuk pendidikan memang amat dirasakan semua kalangan termasuk para guru kita. Kami di Ditjen GTK melihat ternyata guru-guru di Indonesia adalah sosok yang sangat tangguh, tidak pantang menyerah. Banyak inspirasi yang kami dapatkan, dan tergambar dari tema Hari Guru Nasional 2020 yaitu Bangkitkan Semangat, Wujudkan Merdeka Belajar. Jadi semangat itu yang kami rasakan, ini juga sesuai dengan filosofi bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, yakni memberi teladan, berlomba-lomba untuk memberikan contoh yang baik, terus membangkitkan semangat.

Kami lihat guru di perkotaan, pedesaan, bahkan di daerah 3T dengan segala tantangan yang ada, mengambil sikap positif, belajar satu sama lain, berbagi, dan berkolaborasi.

Dengan guru yang tangguh tentu menginspirasi terkait pendidikan karakter?
Benar sekali. Pendidikan karakter itu sebenarnya paling berdampak  adalah keteladanan. Jadi kurikulum terpenting menurut saya di masa pandemi adalah keteladanan orang-orang dewasa, yang tentu di sekolah adalah guru, kepala sekolah, dan orang tua. Anak-anak kita di masa pandemi, mereka akan mengingat bagaimana orang dewasa yang ada di sekitar mereka ketika menghadapi tantangan ini.

Program Ditjen GTK Kemendikbud bagaimana mengimplementasikannya di masa pandemi ini?
Kuncinya transformasi. Yakni sesuai apa yang menjadi pesan dan harapan Presiden Jokowi bahwa pendidikan itu sangat krusial. Maka kami di Kemendikbud khususnya di Ditjen GTK mesti mengimplementasikannya.

Ada dua arahan Pak Presiden yang kita pegang. Yaitu, pertama kita tidak boleh hanya bekerja, namun juga harus fokus kepada hasil. Nah, outcome ini adalah siswa atau murid. Bagaimana hasil belajar para siswa kita guna menjadi SDM unggul. Jadi kita melaksanakan program pelatihan guru, apakah berdampak pada hasil belajar siswa.

Sejumlah pedoman dikeluarkan Kemendikbud misalnya panduan PJJ. Jadi salah satu yang langsung kita tangkap adalah kita harus berkolaborasi, lalu kita harus memberdayakan para guru untuk saling berbagi.

Maka muncul gerakan guru berbagi dimana mereka bisa saling belajar.

Di sini kita menyediakan sebuah platform kemudian kita kampanyekan, yang membuat banyak sekali konten di dalamnya, artikel, kemudian berkembang menjadi aksi pelatihan-pelatihan, dari guru sendiri. Kita membuat itu dari jenjang PAUD hingga SMA.

Bagaimana menyiasati kendala yang masih ada pada guru kita?
Kendala terbesar pada perubahan pola pikir. Ketika terjadi disrupsi maka mindset kita harus melakukan ide-ide baru. Di sini kita membutuhkan guru yang inovatif, bergerak di dalam ruang yang tidak nyaman, sehingga para guru berkolaborasi dengan orang tua lalu sedikit demi sedikit menemukan cara.

Di sini mindset guru yang inovatif menjadi penting tidak berpatokan di tengah pandemi ini harus tuntaskan kurikulum. Karena paradigma kita memang harus mengutamakan kesehatan. Jadi pembelajarannya itu asalkan bermakna buat anak itu tidak apa-apa.

Jadi strategi apa yang dapat mengatasi kendala para guru?
Menghadapi kondisi saat ini, kita tidak bisa tidak harus terus belajar dalam bentuk kemitraan, sosialisasi, apa pun program-program Ditjen GTK.

Kita lakukan survei para guru tentang apa yang menjadi tantangan yang di hadapi jika ingin belajar. Dari hasil survey itu kita bentuk seri webinar satu bulan pada semua jenjang, kita libatkan semua pemangku kepentingan, mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas, dinas, akademi, tokoh pendidikan, orang tua, untuk berbagi dan kita tayangkan di Youtube.

Selanjutnya kurikulum darurat diluncurkan, lalu kita susun program guru belajar dengan merancang, melakukan assesmen dalam kurikulum darurat sehingga guru lebih baik lagi. Jadi belajar itu penting. berbagi juga penting. Ini jauh lebih efektif, dari program-program yang terinstruksionalisasi. Guru itu ingin saling berbagi.

Jadi program GTK Kemendikbud yang utama di tengah pandemi ini apa sajakah?
Program-program yang kita coba kembangkan pasti memanfaatkan teknologi. Pada saat ini kita melihat bahwa kecemasan guru-guru kita menggunakan teknologi menurun drastis.

Percepatan akselerasi adopsi teknologi itu beberapa bulan ini melampaui ekspektasi, tadinya memerlukan beberapa tahun namun dengan pandemic melalui PJJ terjadi ekspektasi yang paling optimis.

Ini sebuah momentum yang harus kita manfaatkan. Jadi kalau pun solusi ke depan kita memanfaatkan teknologi, tidak hanya teknologi, bisa melalui luring campuran, atau blended, dan teknologi mungkin bisa bergerak dalam ruang sebagai pendukung.

Program guru belajar saat ini sudah diikuti 230 ribu guru, telah masuk proses pelatihan untuk implementasi kurikulum darurat, merancang pembelajaran.

Bagaimana dengan distribusi guru karena adanya ketimpang­an antara suatu daerah dengan daerah lain?
Kita sebenarnya sudah memiliki data cukup solid dengan by name, by addres. Yang selalu menjadi tantangan itu mengkomunikasikan dengan pemerintah daerah.

Pada saat ini dengan Kementerian PAN-RB, Kementerian Dalam Negeri, Badan Kepegawain Negara (BKN) berupaya untuk menyatukan data ini. Jadi daerah pun bisa melihat bahwa ketimpangan yang terjadi.

Jadi kuncinya daerah kita ingin mereka mengajukan formasi yang berdasarkan kebutuhan. Kita sedang dialog dengan daerah-daerah, sebelum dilihat kebutuhan, harus di lihat data terjadinya penumpukan pada daerah tertentu, jadi jangan di lihat kurangnya saja. Nah mudah-mudahan pada proses yang berjalan ini, arahnya bisa ke sana.

Kebijakan pemerintah bagi guru guru di daerah terpencil seperti apakah?
Ini harus dipetakan benar serta strategi yang diperlukan. Guru itu bisa memiliki keahliannya tidak satu, tetapi bisa dua atau rangkap. Dia mengikuti ujian secara benar. Nah sehingga bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan yang ada di lapangan. Apalagi di daerah-daerah terpencil kita tidak bisa menghitung secara jumlah saja. Keahlian itu bisa membantu.

Bagaimana upaya mengatasi guru honorer yang jumlahnya amat banyak saat ini?
Ini permasalahan supply dan demand. Guru honorer itu muncul karena demand yang ada tidak ada supply, sehingga ada solusi sementara, tetapi berkelanjutan sampai sekarang. Jadi ini perlu komunikasikan. Sehingga kemudian kita tahu kebutuhannya. Jadi kami punya data, tetapi kita tidak bisa eksekusi, karena eksekusi memerlukan koordinasi dari berbagai pihak terkait.

Tetapi untuk menuju kesana kita masih proses. Step pertama yaitu seleksi massal. Semua guru honorer bisa ikut seleksi. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya