AKTOR yang memulai karier sebagai cover boy, Chicco Jerikho Jarumillind, 30, sekali lagi membuktikan kemampuannya di bidang akting. Pada Senin (18/5), dirinya dinobatkan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik melalui film Cahaya dari Timur: Beta Maluku dalam ajang Indonesian Movie Awards (IMA) 2015 yang diselenggarakan di Balai Sarbini, Jakarta Selatan.
Selain menjadi Pemeran Utama Pria Terbaik, dia meraih penghargaan sebagai Pemeran Utama Terfavorit. Sementara itu, Pemeran Utama Wanita Terbaik ialah Marsha Timothy melalui film Nada untuk Asa.
Chicco berhasil menyingkirkan aktor senior lain, seperti Reza Rahadian, mendiang Alex Komang, Abimana Aryasatya, dan Alfie Alfandy.
"Kesuksesan ini berkat peran besar orangtua. Saya mengucapkan terima kasih untuk mama saya. Terima kasih Sinema Picture dan Angga Dwimas Sasongko yang sudah memberi kesempatan main di film ini. Maju terus film Indonesia," ucapnya saat menerima trofi penghargaan.
Dirinya tidak menyangka akan memenangi penghargaan itu. "Luar biasa ini, saya tidak menyangka. Ini anugerah yang luar biasa, penyemangat baru lagi. Malam yang sangat diberkati," ucap dia.
Pendalaman karakter Dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku yang dirilis pada 19 Juni 2014, Chicco beradu peran dengan Shafira Umm. Film itu mengisahkan Sani Tawainella, yang diperankan Chicco, yang berupaya menyelamatkan anak-anak di kampungnya dari konflik agama yang terjadi di Ambon melalui sepak bola.
Film yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko itu memang berlatar konflik agama di Ambon sepanjang 1999-2000.
Sani ditugasi membawa timnya mewakili Maluku di kejuaraan nasional. Padahal, saat itu dirinya sedang berada di tengah kesulitan konflik keluarga.
Chicco pun kemudian berbagi pengalamannya saat syuting di Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Provinsi Maluku. "Di sana, saya tinggal di rumah Sani dan saya sekarang bersyukur ketika main di film itu, saya dianggap keluarga. Saya dapat nama Ambon dan diangkat sebagai duta. Saya mau memberikan piala ini untuk saudara yang masih berada di Ambon yang mempertahankan perdamaian," kata pemeran Ben dalam film Filosofi Kopi itu.
Kerja bareng antara Chicco dan Angga merupakan kolaborasi yang pas. Jauh sebelum pengambilan gambar, Angga sempat bercerita bahwa Chicco diminta untuk hidup selama sebulan di Tulehu tanpa uang jajan. "Itu gawat banget, saya harus ngojek karena memang peran saya juga sebagai tukang ojek. Ngojek itu beneran, karena untuk mencari uang agar bisa makan. Otomatis saya juga belajar berbaur dengan mereka," kata Chicco, beberapa waktu lalu.
Bagi Angga, pemeran dalam filmnya memang harus menjalani pendalaman karakter, tidak sekadar membaca atau akting. "Saya ingin karakter itu hidup dalam dia melalui riset tidak hanya observasi atau mengamati," tutup Angga. (H-1)