Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

2030, Krisis Air Tawar

Depi Gunawan
23/3/2016 03:40
2030, Krisis Air Tawar
(ANTARA)

SATU miliar orang akan terkena dampak krisis air tawar pada 2030. Hal itu terjadi karena sejak 1970, sekitar 50% lahan basah di bumi ini telah hilang. Demikian prediksi World Wide Foun for Nature (WWF), organisasi internasional nonpemerintah bidang konservasi, penelitian, dan restorasi lingkungan.

“Pada 2030, diprediksi, 50% populasi manusia akan berada di krisis air atau kelangkaan air. Artinya, sekitar 1 miliar orang tidak bisa mengakses air tawar,” kata spesialis air WWF Indonesia Agus Haryanto, seusai peresmian Laboratorium Edukasi Air di Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/3).

Saat ini, jelas Agus, sekitar 65 negara di dunia mengalami krisis air tawar. Umumnya negara-negara itu berada di Benua Afrika. Sementara itu, di Indonesia, beberapa daerah sudah mengalami defisit air tawar, di antaranya Jawa, Sulawesi, Bali, dan NTT.
“Di Jawa, kita bisa menemukan daerah yang defisit air itu Gunung Kidul dan di Indonesia masih ada daerah yang suplus air tawar, yakni Pulau Sumatra,” ujarnya.


Sarana belajar

Laboratorium air yang menjadi satu-satunya itu merupakan hasil kerja sama WWF dengan HSBC. Laboratorium itu berfungsi sebagai sarana belajar bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait konservasi air, khususnya yang bersumber dari sungai.

Dengan gratis, pengunjung bisa melakukan uji terhadap contoh air yang dibawa dari rumah atau sumber lain untuk mengetahui kondisi atau kualitas air yang biasa dikonsumsi sehari-hari.

Direktur Marketing WWF Indonesia Devy Suradji mengungkapkan labolatorium air itu untuk mengingatkan masyarakat bahwa keberadaan air sangat penting untuk kehidupan kini dan masa mendatang. “Kita mengajak masyarakat, khususnya pelajar dan maha­siswa, datang kemari untuk mengukur, meneliti, dan belajar tentang air untuk kehidupan.”

Saat disinggung mengapa WWF memilih Bandung sebagai tempat labolatorium edukasi air pertama di Indonesia, ia menjawab, ‘‘Karena Bandung dinilai tempat dicetaknya intelektual calon pemimpin bangsa Indonesia di masa depan.’’


Tanam pohon

Hari Air Sedunia diperingati Pemprov Jawa Barat di Taman Hutan Raya, Bandung. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang didampingi wakilnya, Deddy Mizwar, mengatakan air merupakan sumber kehidupan yang harus dijaga dengan sungguh-sungguh. “Air merupakan sumber kehidupan.”

Sementara itu, pemda Kabupaten Purwakarta menanam pohon di Kompleks Sekretariat Daerah Purwakarta untuk memperingati Hari Air Sedunia.

“Dengan menanam satu pohon, minimal kita telah menciptakan satu penjaga air,’’ kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Di Pasuruan, Jawa Timur, Hari Air Sedunia dirayakan dengan orasi dan ritual tabur bunga di sumber air Umbulan, Pasuruan. Para pegiat lingkungan, akademisi, dan pemerintah prihatin dengan banyaknya sumber air yang mati atau mengecil. Sumber air Umbulan saat ini hanya memiliki debit 3.200 liter per detik. Padahal di 1990-an, debitnya 6.000 liter per detik.

Di Karawang, Jabar, pegiat lingkungan memperingati Hari Air Sedunia dengan menginventarisasi ekosistem sungai alam Sedari untuk mengetahui penyebab kerusakan sungai. (DG/AM/CS/RZ/AB/Ant/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya