Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
JAKARTA yang kini berpenduduk sekitar 10 juta jiwa menghadapi krisis sumber air baku.
Itu terjadi lantaran suplai air baku hanya mengandalkan Waduk Jatiluhur (Purwakarta, Jawa Barat) sekitar 81%, Tangerang 15%, dan sisanya hanya sebagian kecil berasal dari sungai-sungai di Jakarta.
Berdasarkan data PAM Jaya, pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur saat ini sebanyak 18.025 liter per detik.
Jumlah itu bisa meningkat apabila pemerintah pusat memberikan izin untuk meningkatkan suplai air baku ke Jakarta yang akan diolah menjadi air bersih bagi masyarakat.
"Pengadaan air baku di luar Jakarta merupakan lintas provinsi. Jadi, yang mengatur bukan pemerintah provinsi DKI Jakarta, melainkan pada pemerintah pusat, dalam hal ini Perum Jasa Tirta II," kata Direktur Utama PAM Jaya Erlan Hidayat kepada Media Indonesia di ruangan kerjanya, Jakarta, Kamis (17/3).
Pemberian izin juga diperlukan terkait rencana PAM Jaya untuk memanfaatkan Sungai Ciliwung dan Kanal Banjir Barat.
Untuk pemanfaatan Kanal Banjir Barat, pihaknya berencana membangun water treatment plant (WTP).
WTP ialah sebuah sistem yang berfungsi mengolah air dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standar yang siap untuk dikonsumsi.
Menurutnya, Sungai Ciliwung dan Kanal Banjir Barat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan suplai air sebanyak 400-500 liter per detik.
Pada bagian lain, staf khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Firdaus Ali, mengatakan untuk mengatasi permasalahan itu, solusinya ialah membangun sistem penyediaan air minum (SPAM) yang bersumber dari Waduk Jatiluhur.
Fasilitas itu akan mengolah air yang dialirkan pipa berdiameter 1,8 meter hingga 2 meter dengan menggunakan sistem gravitasi.
"Jadi, tidak lagi melalui saluran permukaan," ucapnya.
Namun, pengerjaan SPAM masih menunggu keputusan pembiayaan proyek itu yang menggunakan dana dari APBN atau kerja sama dengan swasta sebagai pihak kedua atau ditugaskan kepada badan usaha milik negara (BUMN).
Bila proyek ini rampung, ada tambahan air bersih 5.000 liter per detik.
Akan tetapi, itu belum mencukupi karena defisit air diperkirakan mencapai 7.000 liter per detik pada 2018.
Menurunkan kehilangan air
Sementara itu, upaya lain yang dilakukan agar pasokan air baku mencukupi ialah pemerintah dan operator swasta mengurangi kehilangan air (non revenue water/NRW).
NRW ialah gabungan dari kebocoran yang bersifat fisik dan komersial.
Kebocoran fisik bisa disebabkan pipa air yang menua, meteran yang tidak akurat, kebocoran air di instalasi pengolahan air (IPA), serta beragam faktor lainnya.
Kebocoran komersial umumnya disebabkan pencurian dan koneksi pipa ilegal.
Sebanyak 40% tingkat kehilangan air disebabkan kebocoran fisik karena pipa tua, sisanya dari pencurian air.
Angka kehilangan air di Indonesia dianggap tinggi bila dibandingkan dengan Phnom Penh, Kamboja, yang tingkat NRW-nya sekitar 9%. Malaysia dan Singapura mempunyai tingkat NRW berturut-turut sekitar 21% dan 8%.
Corporate Communications and Social Responsibilities Division Head Palyja Meyritha Maryani mengatakan, pihaknya telah berhasil menurunkan kehilangan air dari 60% pada 1998 menjadi 39,3% pada 2015.
Upaya yang dilakukan ialah dengan membangun jaringan baru sepanjang 1.300 km dan merehabilitasi jaringan pipa sepanjang 1.100 km.
Pasalnya, sebagian besar pipa yang ada di Jakarta sudah uzur.
Untuk memeriksa pipa jaringan dan mencari kebocoran, Palyja memanfaatkan teknologi kamera dan gas helium pada pipa berukuran sedang dan besar.
"Saving bukan hanya dari pencurian tapi juga memperbaiki titik kebocoran karena setiap tahunnya sekitar 40 ribu titik yang kita perbaiki," terangnya
Selain yang sifatnya fisik, tingginya NRW Palyja juga disebabkan maraknya pencurian air yang dilakukan warga.
Bekerja sama dengan pihak kepolisian setempat, mereka melakukan penertiban pencurian air.
Penertiban itu, lanjut Meyritha, merupakan komitmen Palyja untuk memberantas pencurian air dan juga meningkatkan pelayanan kepada pelanggan yang lebih berhak menikmati pelayanan air bersih.
Mereka itu pelanggan yang setia dan tertib membayar tagihan serta calon pelanggan yang belum dapat menikmati air bersih di wilayah itu.
Upaya lain yang dilakukan Palyja ialah memanfaatkan teknologi pengolahan air bersih dari instalasi pengolahan air.
Saat ini Palyja memanfaatkan dua jenis teknologi pre-treatment.
Selain biofiltrasi di IPA Taman Kota, Palyja juga menerapkan teknologi moving bed bio-film reactor (MBBR) di IPA Kanal Banjir Barat.
MBBR merupakan teknologi pengolahan air bersih terbaru yang pertama diterapkan di Indonesia, bahkan di Asia.
Secara umum, teknologi MBBR menggunakan partikel yang dinamakan meteor sebagai media hidup mikroorganisme alami yang ada di dalam air untuk menetralisasi polutan terlarut.
Dengan teknologi MBBR, air sungai yang sebelumnya tidak bisa dimanfaatkan bisa digunakan lagi untuk air baku.
Palyja mampu mendapatkan tambahan air baku dari Kanal Banjir Barat sebesar 550 liter per detik atau dapat melayani tambahan 150.000 warga.
Teknologi ini merupakan yang pertama diaplikasikan di Asia Tenggara.
Saat ini teknologi tersebut berada di Instalasi Pengolahan Air yang berlokasi di Pejompongan dan Cilandak. (S-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved