Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Waduk untuk Kehidupan Lebih Baik

Dero Iqbal Mahendra
22/3/2016 05:50
Waduk untuk Kehidupan Lebih Baik
(ANTARA)

INDONESIA sebenarnya memiliki sumber air yang berlimpah dengan jumlah total sekitar 3.200 miliar meter kubik.

Potensi sumber daya air itu merupakan nomor lima terbesar di dunia.

Ironisnya, setiap tahun kita mengalami krisis air secara kualitas dan kuantitas.

Untuk itu, pada Hari Air yang dirayakan setiap 22 Maret, kita diingatkan kembali pentingnya air bagi kehidupan.

Mengingat hal itu, dibutuhkan pengelolaan sumber daya air yang baik agar potensi yang ada dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan.

Beberapa hal dilakukan guna mengakali ketersediaan air.

Salah satunya dengan membangun waduk.

Pembangunan waduk bisa menjadi solusi terbaik bagi manajemen penyediaan air, terutama saat musim kemarau.

Itulah yang ditekankan Presiden Joko Widodo. Ia mengeluarkan perintah untuk membangun 49 bendungan di seluruh Tanah Air.

Target itu sejalan dengan program yang sudah dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) sebelum Presiden Jokowi menjabat, yakni dalam proses pengerjaan 19 waduk.

"Akses masyarakat ke air itu sudah diaplikasikan seperti program kita 100-0-100. Jadi, untuk pemenuhan akses masyarakat ke air masih kita terus upayakan yang saat ini progresnya sekitar 62%-67%," terang Basuki di kantornya, di Jakarta, Senin (21/3).

Basuki optimistis dengan pembangunan 49 waduk akan dapat meningkatkan akses air untuk irigasi dari 11% menjadi 20%.

"Sekarang kita punya 230 bendungan yang menyuplai air irigasi sebanyak 11% dari total irigasi 7,3 juta hektare. Nanti kalau kita bangun 49 bendungan itu aksesnya menyuplai irigasi hampir 19%-20%, sedangkan untuk air baku seperti di Waduk Jatigede, air bakunya mencapai 3.500 liter per detik," terang Basuki.

Pada bagian lain, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU-Pera, Mudjiadi, mengatakan dengan total alokasi anggaran yang kini mencapai Rp67 triliun, sebanyak 49 proyek yang direncanakan itu menjadi prioritas selama lima tahun pemerintahan Jokowi.

"Dari 49 proyek, 13 sudah berjalan mulai tahun lalu. Tahun ini akan dimulai lagi delapan. Sisanya akan dibagi hingga 2019," jelasnya.

Dia memaparkan beberapa waduk yang selesai serta digenangi air ialah Waduk Jatigede di Jawa Barat, Nipah dan Bajulmati di Jawa Timur, Rajui di Aceh, serta Titab di Bali.

Proyek bendungan itu diharapkan jadi agenda pembangunan infrastruktur pemerintah untuk mendukung kedaulatan pangan.

Pemerintah memperkirakan jika seluruhnya sudah terealisasi, waduk menjadi saluran irigasi yang akan meningkatkan produksi pangan sebanyak 20 juta ton selama tiga tahun.

"Kalau kita hanya mengandalkan sungai, terus datang kemarau panjang, petani cuma bisa sekali panen setahun. Namun, kalau kita punya waduk, panen setidaknya bisa hingga dua kali meskipun ada kemarau panjang," ujarnya.

Selain untuk irigasi, bendungan juga bisa menjadi sumber energi, yakni sebagai pembangkit listrik, persediaan air minum, pengendalian banjir, dan lokasi pariwisata.

"Jelas masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari adanya waduk," tegas Mudjiadi.


Akses air tanah

Pada bagian lain, Basuki mengungkapkan untuk wilayah yang tidak memiliki potensi waduk seperti di daerah Indonesia Timur, terutama pulau-pulau kecil di dorong untuk mendapatkan akses air tanah.

Alasannya, menurut Basuki, umumnya wilayah tersebut tidak memiliki potensi waduk sehingga lebih memanfaatkan air tanah.

Bila memang terdapat potensi waduk akan dibuat meski berukuran kecil.

"Jadi untuk daerah yang tidak ada waduknya, kita bikin air tanah. Kita pertama pasti pembangunan waduk, embung, dan air tanah, terutama untuk mengakses pulau-pulau di Indonesia Timur yang sedikit curah air hujannya," jelas Basuki.

Untuk pemanfaatan air laut sebagai air baku, diakui Basuki, masih mengalami banyak kendala.

Misalnya saja untuk membangun river osmosis, itu memerlukan mesin yang secara 24 jam harus terus berjalan dan tidak bisa berhenti sebab bila berhenti sebentar, tidak bisa beroperasi lagi mesinnya.

"Jadi seperti yang sedang kita uji coba itu masih mengalami banyak kendala. Namun, semuanya masih terus dikembangkan oleh Balitbang," pungkas Basuki. (Pra/S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik