Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Sekolah Bisa Hilangkan Kebosanan Siswa

Syarief Oebaidillah/H-1
02/10/2020 05:20
Sekolah Bisa Hilangkan Kebosanan Siswa
Seorang siswa mengikuti pelajaran secara daring di Bandung, Jawa Barat, Rabu (9/9).(ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

BELUM adanya kepastian kapan sekolah mengakhiri ‘liburan’ akibat pandemi covid-19 membuat Nurul, warga Kota Tangerang, cemas. Anak semata wayangnya yang kini duduk di kelas IV SD lebih banyak tidur dan menghabiskan waktu dengan bermain gim.

“Tugas dari guru melalui WA ada, tapi anak enggak mau mengerjakannya dengan alasan bosan. Terpaksa saya yang mengerjakannya,” ujar Nurul.

Berbulan-bulan kegiatan monoton yang diakrabi Iqbal, menurut Nurul, tidak baik bagi perkembangan kognisi dan kejiwaan sang anak. Namun, Nurul mengaku pasrah.

“Anak-anak tetangga juga mengalami. Saya pun tidak tahu bagaimana pendidikan yang benar di saat kondisi seperti ini,” ucap Nurul kepada Media Indonesia.  

Apa yang dirasakan Nurul dipastikan juga dialami banyak orangtua lain, terutama anaknya, yang duduk di bangku SD hingga SLTA. Mereka harus legowo terkait pembelajaran.

Kebijakan pemerintah memberi pulsa kuota internet hanya sedikit membantu. Belum ada perubahan pembelajaran secara signifikan dari sekolah.  

Lain halnya jika sekolah punya kreativitas menghadapi pandemi ini. “Kami melakukan konseling ke siswa untuk menghilangkan rasa bosan. Anak-anak kita beri tugas bebas, tetapi berunsur mendidik, misalnya, mengeksplor kemampuan diri tentang apa saja dan mengirim kegiatannya dalam bentuk video, seperti buat puisi, main musik, memasak, dan olahraga,” ujar Encin Kuraecin Guru BK SMPN 52 Jakarta.

Untuk pembelajaran tetap dilakukan secara daring melalui aplikasi WA dan zoom meeting. Encin menambahkan pihak sekolah juga menjalin komunikasi dengan orangtua siswa. Dampaknya, orangtua kini tidak segan-segan mengomunikasikan kendala PJJ.

Potret pembelajaran sekolah yang beragam itu, menurut praktisi pendidikan dari UPI Ifa Misbach, harus diantisipasi oleh dinas pendidikan. “Saat situasi pandemi yang terpenting tetap memastikan kesejahteraan mental (wellbeing) siswa,” ujarnya. Menurutnya, jangan sampai siswa menjadi sakit karena overload terbebani tugas.(Syarief Oebaidillah/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya